belajarjurusankimiaindustrik2

1.GT(Gambar Tehnik)


Proyeksi Amerika & Proyeksi Eropa
Dalam membaca gambar teknik seringkali kita kebingungan akan perbedaan proyeksi amerika dan proyeksi eropa. Di bawah ini saya akan jelaskan perbedaan diantara keduanya.
  1. Proyeksi Amerika
Proyeksi amerika disebut juga proyeksi sudut ketiga atau proyeksi kwadran III,. Proyekasi Amerika merupakan proyeksi yang letak bidangnya sama dengan arah pandangannya. Coba perhatikan gambar dibawah ini.




Proyeksi amerika merupakan proyeksi yang mudah dipahami, karena tata letaknya sama dengan  arah pandang kita, dan proyeksi inilah yang saya pakai di setiap gambar yang saya buat. 🙂
  1. Proyeksi Eropa
Proyeksi eropa disebut juga proyeksi sudut pertama atau proyeksi kkwadran I. Proyeksi Eropa merupakan proyeksi yang letaknya terbalik dengan arah pandangnya. Coba kita perhatikan kembali gambar dibawah ini, dengan model yang sama kita proyeksikan gambar tersebut kedalam proyeksi eropa.

Pada gambar diatas tata letak proyeksi terbalik dengan arah pandang kita, tapi bila kita sudah memahami proyeksi amerika, membaca gambar dengan proyeksi eropa tidak begitu sulit

2.TDPLK(Tehnik Dasar Pekerjaan Laboratorium Kimia)
APAR
Alat pemadam api ringan (APAR) terdiri dari:
(1) Kebakaran dan sumbernya
(2) Alat pengaman bahaya kebakaran
(3) Tipe APAR
(4) Prosedur pengoperasian APAR
(5) Jenis alarm pemadam api.
Kebakaran merupakan salah satu kecelakaan yang paling sering terjadi. Selain menimbulkan korban jiwa dan kerugian material, kebakaran juga dapat merusak lingkungan serta gangguan kesehatan yang diakibatkan dari asap kebakaran tersebut. Untuk meminimalisasi terjadinya kebakaran maka perlu penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan    kecelakaan    termasuk   kebakaran.    Pencegahan    dan penanggulangan kebakaran adalah semua tindakan yang berhubungan dengan pencegahan, pengamatan dan pemadaman kebakaran dan meliputi perlindungan jiwa dan keselamatan manusia serta perlindungan harta kekayaan. Salah satu cara sebagai upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran adalah dengan menyediakan instalasi alat pemadam kebakaran.
Alat pemadam kebakaran otomatis adalah suatu alat pencegahan kebakaran berfungsi untuk memutuskan daur atau siklus oksigen akibat reaksi kimia yang terjadi, yang secara otomatis dapat memadamkan api tanpa memerlukan bantuan, namun apabila diperlukan dapat juga alat tersebut digunakan secara manual yaitu dengan cara dilemparkan atau dicampur dengan air dan disiramkan ke bagian sumber api. Alat pemadam kebakaran merupakan salah satu pendukung strategis dalam upaya menjamin aset bangunan, fasilitas dan peralatan dari bahaya kebakaran yang ditimbulkan baik faktor eksternal maupun internal. Tanpa alat pemadam kebakaran manusia selalu dibayangi oleh rasa kecemasan, Hal ini disebabkan sebagian besar keutuhan gedung, jiwa dan fasilitas serta peralatan bergantung dari alat pemadam kebakaran. Dengan kata lain alat pemadam kebakaran sangat dibutuhkan oleh manusia dalam memberikan kenyamanan.
Untuk itu masalah pemilihan dan penggunaan jenis, bahan serta sistem peralatan pemadam kebakaran sangat perlu mendapat perhatian utama. Pemilihan yang salah atas pengunaan jenis dan macam bahan pemadam akan sangat merugikan. Disini tidak diharapkan adanya penggunaan yang tidak sesuai dan salah penempatan dalam penentuan kebijakan akan sangat berdampak resikoyang besar terhadap kerugian akibat kebakaran.
Kebakaran diklasifikasikan berdasarkan sumbernya:
           1.       Kelas      A.
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda padat kecuali logam, misalnya kayu, plastik, karet busa dan lainlain. Media pemadam kebakaran ini berupa air, pasir, karung goni yang dibasahi, dan alat pemadaman kebakaran racun api tepung kimia
           2.       Kelas     B.
Kebakaran yang disebabkan oleh benda-benda yang mudah kebakar berupa cairan, misalnya bensin, solar, minyak tanah, spritus, alkohol dan lain-lain. Media pemadaman ini berupa pasir, dan alat pemadam racun api tepung kimia kering, dilarang memakai air untuk jenis ini karena berat jenis air lebih berat dari pada berat jenis bahan terbakar sehingga apabila dipergunakan air maka kebakaran akan merambat dan melebar kemana-mana
           3.       Kelas      C.
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik. Media pemadaman kebakaran ini berupa alat pemadam kebakaran racun api tepung kimia kering. Matikan dahulu sumber listrik agar aman dalam memadamkan api. Perlu diperhatikan dalam memilih jenis media pemadam yaitu yang tidak menghantar listrik untuk melindungi orang yang memadamkan kebakaran dari aliran listrik.
           4.       Kelas D
Kebakaran kelas D yaitu kebakaran bahan logam, seperti: aluminium, magnesium, kalium, dll. yang sejenis dengan itu
Alat-alat pengaman bahaya kebakaran ada beberapa macam,diantaranya:
1.        Fire Extinguisher/racun api
Peralatan ini merupakan peralatan reaksi cepat multi guna karena dapat dipakai untuk kebakaran jenis A, B dan C. Peralatan ini mempunyai ukuran beratnya yang sesuai dengan besar kecilnya resiko kebakaran yang mungkin     timbul di daerah tersebut. Bahan yang ada dalam tabung pemadam api tersebut ada yang dari bahan kimia kering, fram busa dan CO2 untuk bahan Halon tidak mendapat ijin digunakan di Indonesia.
2.        Hydrant
Hydrant adalah sebuah alat perlindungan api aktif yang disediakan di sebagian wilayah perkotaan, pinggiran kota, dan perdesaan yang memiliki ketersediaan (pasokan) air yang cukup yang memungkinkan petugas pemadam kebakaran untuk menggunakan pasokan air tersebut untuk membantu memadamkan kebakaran. Hydrant ini terdiri dari Hydran gedung, Hydran halaman, Hydran kota yang biasanya mempunyai lokasi sangat dekat dengan titik api.
 










Gambar Hydran
3.        Fire alarm (alarm kebakaran)
Fire alarm merupakan alat yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran.
APAR atau alat pemadam api ringan adalah alat yang ringan (dengan berat maksimal  16  kg)  serta  mudah  ditangani  oleh  satu  orang untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran. Tabung APAR harus diisi ulang sesuai dengan jenis dan konstruksinya. Jenis APAR meliputi: jenis air (water), busa (foam), serbuk kering (dry chemical) gas halon dan gas CO2, yang berfungsi untuk menyelimuti benda terbakar dari oksigen di sekitar bahan terbakar sehingga suplai oksigen terhenti. Zat keluar dari tabung karena dorongan gas bertekanan.
 












Gambar  Alat pemadam api ringan

Apar memiliki dua tipe konstruksi (Depnaker, 1995), antara lain:
1) Tipe Tabung Gas (Gas Container Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya di dorong keluar oleh gas bertekanan yang dilepas dari tabung gas.
2) Tipe Tabung bertekanan tetap (Stored Preasure Type)
Adalah suatu pemadam yang bahan pemadamnya didorong keluar gas kering tanpa bahan kimia aktif atau udara kering yang disimpan bersama dengan tepung pemadamnya dalam keadaan bertekanan.
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) terdiri dari beberapa jenis, antara lain:
1)    Jenis Air (water)
Sejak dulu air digunakan untuk memadamkan kebakaran dengan hasil yang memuaskan ( efektif dan ekonomis ) karena harganya relatif murah, pada umumnya mudah diperoleh, aman dipakai, mudah disimpan dan dipindahkan. APAR jenis air terdapat dalam bentuk stored pressure type (tersimpan bertekanan) dan gas cartridge type (tabung gas). Sangat baik digunakan untuk pemadaman kebakaran kelas A.
2)    Jenis Busa (foam)
Jenis busa adalah bahan pemadam api yang efektif untuk kebakaran awal minyak. Biasanya digunakan dari bahan tepung aluminium sulfat dan natrium bicarbonat yang keduanya dilarutkan dalam air. Hasilnya adalah busa yang volumenya mencapai 10 kali lipat. Pemadaman api oleh busa merupakan sistem isolasi, yaitu untuk mencegah oksigen untuk tidak ikut dalam reaksi.
3)    Jenis Tepung Kimia Kering (Dry Chemical Powder)
Bahan pemadam api serbuk kimia kering (Dry Chemical Powder) efektif untuk kebakaran B dan C bisa juga untuk kelas A. Tepung serbuk kimia kering berisi dua macam bahan kimia, yaitu:
a)      Sodium Bicarbonate dan Natrium Bicarbonate
b)     Gas COatau Nitrogen sebagai pendorong
Khusus untuk pemadaman kelas D (logam) seperti magnesium, titanium, zarcanium, dan lain-lain digunakan metal-dry-powder yaitu campuran dari Sodium, Potasium dan Barium Chloride.
4)  Jenis Halon
APAR (Alat Pemadam Api Ringan) jenis Halon efektif untuk menanggulangi kebakaran jenis cairan mudah terbakar dan peralatan listrik bertegangan (kebakaran kelas B dan C). Bahan pemadaman api gas Halon biasanya terdiri dari unsur-unsur kimia seperti: chlorine, flourine, bromide dan iodine.




















Berdasarkan tabel di atas, pemilihan jenis APAR harus memperhatikan kelas kebakaran dan juga tempat APAR tersebut akan digunakan. Pemilihan APAR yang tepat akan mempermudah anda untuk memadamkan api.
Prosedur pengoperasian alat pemadam api
Walaupun berbeda bentuk dan ukuran, namun berbagai merk Alat Pemadam Api Ringan umumnya memiliki cara kerja yang hampir sama. Di dalam bahasa inggris terdapat singkatan untuk memudahkan kita mengingat cara menggunakan alat pemadam api ringan, yaitu:

P.A.S.S
1) Pull atau Tarik kunci pengaman hingga terlepas. Kunci berfungsi sebagai pengaman handle atau pegangan dari penekanan yang tidak disengaja.








Gambar Cara membuka/menarik kunci APAR
2Aim atau Arahkan nozzle atau ujung hose yang kita pegang ke arah pusat api







Gambar  Cara mengarahkan nozzle
3) Squeeze atau Tekan handle atau pegangan untuk mengeluarkan/ menyemprotkan isi tabung. Pada beberapa merk handle penyemprot terletak Dibagian ujung hose.





Gambar Cara Menekan Handle APAR
4) Sweep atau Sapukan nozzle yang kita pegang kearah Kiri dan Kanan api, agar media yang disemprotkan merata mengenai api yang sedang terbakar








Gambar Cara Menyapukan Nozzle sumber api
Perlu diingat setiap jenis alat pemadam api ringan memiliki kemampuan jangkauan yang berbeda, disamping itu perhatikan arah angin sebelum kita mulai menyemprotkan isi tabung pemadam api ringan. Jangan sampai posisi kita berdiri berlawanan dengan arah angin, karena angin akan meniup kembali media yg kita semprotkan kearah kita berdiri. Sebaiknya kita berdiri diposisi membelakangi arah angin selain untuk menghindari tiupan hawa panas juga menghindarkan kita dari media yg kita semprotkan kembali kearah kita.
Perawatan alat pemadam api
Alat pemadam api ringan (fire extinguisher) atau APAR adalah alat yang sangat penting. Karena itu APAR berfungsi mematikan api pada saat pertama kali muncul. Penggunaan APAR yang efektif akan mampu mencegah  terjadinya  bahaya  kebakaran.  Ada  banyak  faktor  yang mempengaruhi efektifitas pencegahan kebakaran di tempat kerja. Bukan saja pemilihan jenis alat pemadam api yang harus tepat, akan tetapi harus diperhatikan pula faktor pemasangan dan pemeliharaannya.
Pemerintah Republik Indonesia, melalui Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasino.Per-04/MEN/1980 menyatakan tentang syarat syarat pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan (APAR). Dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi no. Per-04/MEN/1980 tersebut dijelaskan mengenai hal-hal pokok yang berkaitan dengan cara pemasangan dan pemeliharaan alat pemadam api ringan.
Syarat-syarat Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan (APAR), bahwa:
1)     Ditempatkan pada posisi yang mudah dilihat dengan jelas, mudah dicapai dan diambil, serta dilengkapi dengan pemberian tanda pemasangan.
2)     Tinggi pemberian tanda pemasangan adalah 125 cm dari dasar lantai tempat di atas satu atau kelompok alat pemadam api ringan yang bersangkutan.
3)     Pemasangan APAR harus sesuai dengan jenis dan penggolongan kebakaran.
4)     Penempatan antara APAR yang satu dengan yang lain tidak boleh lebih dar15m.
5)     Semua APAR harus dipasang menggantung pada dinding dengan penguatan sengkang atau ditempatkan dalam almari/box yang tidak dikunci.
6)     Semua warna tabung sebaiknya merah.
7)     Lemari/ box dapat dikunci dengan syarat bagian depannya harus diberi kaca pengaman dengan tebal maksimum 2 mm.
Ukuran panjang dan lebar bingkai kaca pengaman harus disesuaikan dengan ada dalam lemari atau box sehingga mudah dikeluarkan
9) APAR tidak boleh di pasang di ruangan di mana suhu melebihi 49° C atausuhu sampai minus 44°C kecuali apabila APAR tersebut dibuat khusus suhu di luar batas tersebut diatas.
10) Penempatan APAR pada alam terbuka harus dilindungi dengan tutup pengaman.

Pemeliharaan alat pemadam api
1)     APAR harus diperiksa 2 kali dalam setahun, yaitu pemeriksaan jangka 6 bulan dan pemeriksaan jangka 12 bulan.
2)     Cacat pada alat perlengkapan APAR yang ditemui pada waktu pemeriksaan harus segera diganti dengan yang tidak cacat.
Pemeriksaan jangka 6 bulan, meliputi hal-hal:
1)     Berisi atau tidaknya tabung, berkurang atau tidaknya tekanan dalam tabung, rusak atau tidaknya segi pengaman cartridge atau tabung bertekanan dan mekanik penembus tabung.
2)     Bagian-bagian luar dari tabung tidak boleh cacat termasuk handle dan label harus selalu dalam keadaan baik.
3)     Mulut pancar tidak boleh tersumbat dan pipa pancar yang terpasang tidak boleh retak atau menunjukkan tanda-tanda rusak.
4)     Untuk APAR cairan atau asam soda, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan asam keras diluar tabung, apabila reaksi cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali.
5)     Untuk alat pemadam api ringan jenis busa, diperiksa dengan cara mencampur sedikit larutan sodium bicarbonat dan aluminium sulfat diluar tabung, apabila reaksinya cukup kuat, maka alat pemadam api ringan tersebut dapat dipasang kembali.
6)     Untuk alat pemadam api ringan hidrokarbon berhalogen kecuali jenis tetrachloride diperiksa dengan cara menimbang, jika beratnya sesuai aslinya dapat dipasang kembali.
7)     Untuk alat pemadam api carbon tetrachloride, diperiksa dengan cara melihat melihat isi cairan didalam tabung dan jika masih memenuhi syarat dapat dipasang kembali.
8)     Untuk alat pemadam api jenis carbon dioxide harus diperiksa dengan cara menimbang serta mencocokan beratnya dengan berat yang tertera pada alat pemadam api tersebut, apabila terdapat kekurangan berat sebesar 10%, tabung pemadam api itu harus diisi kembali sesuai dengan berat yang ditentukan.
9)     Cara untuk isi ulang alat pemadam kebakaran biasanya disetiap kota kabupaten ada perusahaan yang melayani pengisian, salah satu contoh di kota Tangerang ada perusahaan yang menjual Tabung/ Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berikut isi ulangnya, apabila di kota anda tidak ada mungkin bisa menghubungi Pertamina atau SPBU terdekat

Jenis-jenis alarm pemadam api
Fire alarm protection (alarm kebakaran) merupakan salah satu alat pemberi peringatan terjadinya kebakaran yang akan berbunyi ketika terjadi kebakaran. Semua komponen dari alarm kebakaran harus diperiksa secara teratur untuk memastikan bahwa peralatan tersebut bekerja dengan baik. Bagian-bagian yang terdapat pada alarm kebakaran, antara lain:
1)     Pendeteksi (Detektor)
2)     Bel dan suara/sirine
3)     Lampu tanda (healthy indicator and fire indicator)
4)     Sinyal pengendali (remote signalling)
5)     Tombol reset
6)     Name plate berisi spesifikasi dari alarm kebakaran tersebut

Beberapa jenis alarm kebakaran yang sering digunakan adalah:
1) Rotary Hand Bell
Jenis alarm ini ideal digunakan dilokasi untuk kemah,taman kota,dan kawasan penumpukan barang di luar ruangan. Jika terjadi kebakaran maka kaca penutup tombol alarm harus dipecah dan sirine tanda kebakaran akan berbunyi. Maka dengan demikian insiden atau peristiwa kebakaran akan segera diketahui dan siapapun didalam ruangan atau bangunan dimana terjadi kebakaran akan segera memadamkan api smaksimal mungkin.








Gambar 80. Rotary Hand Bell
2) Smoke detectors
Jenis alarm ini lebih tahan lama dibanding alat lain. Kekuatan suara hingga 85db,mampu bertahan hingga 2 tahun, dengan supply baterei sekitar 9 volt. Detektor asap memiliki dua sensor yang berbeda. Pertama yang berhubungan dengan mata detektor, dan yang kedua melalui ionisasi. Adanya asap akan dideteksi melalui mata detektor menggunakan inframerah untuk mendeteksi partikel unsur/butir di dalam atmospir,sedangkan ionisasi detektor menggunakan komponen elektrik untuk menentukan kehadiran asap. Apabila semuanya telah terditeksi dengan adanya asap yang keluar dari detektor maka kita harus segera baertindak untuk mematikan api sesegera mungkin dari sumbernya, dengan cara itu maka kebakaran yang lebih besar akan bisa dihindari.





Gambar 81. Smoke Detector
3) Stand Alone Alarm
Kekuatan suara hingga 105 db dan dilengkapi strobe biru ekstra terang [cahaya/ ringan]. Biaya lebih rendah. Stand Alone Alarm ini ideal digunakan untuk tempat kerja dan gudang terisolasi.








Gambar  Stand Alone Alarm
Penggunaan alarm kebakaran biasanya disesuaikan dengan jenis ruangan dan fungsi ruangan yang akan diamankan dari bahaya kebakaran

3.KIMOR(Kimia Organik)

  PEMBELAJARAN 1 : Membuat Senyawa-senyawa Ester/Parfum Skala Laboratorium A. DESKRIPSI Membuat Senyawa-senyawa Ester/Parfum Skala Laboratorium merupakan salah satu kompetensi dasar dari mata pelajaran kimia organik untuk peserta didik SMK pada paket keahlian kimia analisis. Kompetensi dasar ini merupakan dasar kejuruan pada paket keahlian kimia analisisyang bertujuan untuk memantapkan pemahaman fakta, konsep, prinsip dan prosedur serta metakognitif mengenai pembuatan senyawa-senyawa ester/parfum skala laboratorium secara aplikatif. Pembelajaran ini meliputi pemahaman tentang bahan organik sebagai bahan baku pembuatan essen, proses esterifikasi, sifat-sifat ester, alat dan bahan yang digunakan, metoda/jenis pembuatan ester, prosedur pembuatan senyawasenyawa ester/parfum skala laboratorium. Pelaksanaannya meliputi langkah-langkah pembelajaran mengamati, menanya, mengeksplorasi keterampilan proses dalam bentuk eksperimen, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan hasil pengamatan dan percobaan, kesimpulan berdasarkan hasil pengamatan/analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Media yang digunakan meliputi alat dan bahan praktikum serta infokus. Penguasaan materi peserta didik dievaluasi melalui sikap, pengetahuan dan keterampilan. 
   B. KEGIATAN BELAJAR 1. Tujuan Pembelajaran Setelah menyelesaikan pembelajaran tentang pembuatan senyawasenyawa ester skala laboratorium, peserta didik diharapkan mampu:  1. a. Memahami jenis bahan organik sebagai bahan baku pembuatan essen, proses esterifikasi, sifat-sifat ester, alat dan bahan yang digunakan, metoda/jenis pembuatan ester , prosedur pembuatan senyawa-senyawa ester/parfum skala laboratorium
   b. Memahami proses esterifikasi pada pembuatan ester 
   c. Memahami sifat-sifat ester 
   d. Memahami jenis reaksi pembuatan ester
   e. Memahami parameter keberhasilan pembuatan ester 
  f. Melakukan pembuatan ester skala laboratorium 
   g. Melakukan pemurnian ester 2. Uraian Materi a. Jenis bahan baku organik pada pembuatan ester Essen adalah biang ester yang diperdagangkan secara bebas dan dapat diperoleh di berbagai toko kimia. Aroma harum dari parfum, aroma buah-buahan, aroma bunga merupakan contoh ester. Pewangi (parfum) dibedakan menjadi 2(dua), yaitu alami dan sintetis. Bahan pewangi alami berasal dari bagian tumbuhan, misalnya akar, kulit, kayu, bunga dan sebagainya. Bahan-bahan tersebut diperoleh dengan cara destilasi (penyulingan). Sementara itu, bahan pewangi sintetis (buatan) berasal dari reaksi esterifikasi, yaitu reaksi antara alkohol dengan asam karboksilat yang menghasilkan senyawa ester yang beraroma sedap. Penyedap sintetis atau sering disebut sebagai penyedap artificial adalah komponen atau zat yang dibuat menyerupai aroma penyedap alami. Penyedap sintetis dapat dibuat dari bahan penyedap aroma, baik campuran dengan bahan alami maupun dari bahan sintetis itu sendiri. 11 Table 1. Senyawa Pembentuk Aroma Sintesis Senyawa Sifat Aroma Penggunaan Asetaldehida Asetaldehid benzyl metal etil asetat Aseton (asetil metal karbinaol) Alil butirat Alil sinamat Benzaldehid Borneol (bomil alcohol) 2-etil butiraldehid Tajam, aroma buah kuat rasa daun hijau Aroma susu (krim), tumbuhan Bau yoghurt dengan fatty creamy, rasa mentega Aroma buah apel, bau nenas, rasa apel Bau menyerupai bumbu manis dengan rasa buah Aroma dan rasa almond Bau dan rasa mint, lime, nut Bau dan rasa cokelat Penyedap buah, apel, jeruk dan mentega Penyedap buah : vanili Mentega, susu yogurt, strawberry Apel, nanas, peach, apricot Penyedap berry, anggur, dan peachAlmond, cherry, peach, apricot, kacang Penyedap mint, bumbu Cokelat Sumber: Wisnu Cahyadi (2006) b. Ester dan Karakteristiknya Rumus Umum Ester Ester merupakan senyawa turunan asam alkanoat, dengan mengganti gugus hidroksil (–OH) dengan gugus –OR1, sehingga mempunyai rumus: R dan R1 merupakan gugus alkil, bisa sama atau tidak (Suwarji 12 2007). 1) Tata Nama Ester Nama suatu ester terdiri dari dua kata. Kata pertama ialah nama gugus alkil yang terikat pada oksigen ester. Kata kedua berasal dari nama asam karboksilatnya, dengan membuang kata asam (inggris: -ic menjadi –ate) (Fessenden dan Fessenden 1995). 2) Sifat Fisik Ester Ester yang diturunkan dari asam karboksilat pada umumnya mempunyai sifat yang berlawanan dari zat asalnya. a) Ester mempunyai bau yang menyenangkan dan sering terdapat pada aroma buah-buahan dan bunga-bungaan. b) Molekul-molekul ester bersifat polar namun tidak mampu membentuk ikatan hidrogen intermolekuler satu dengan yang lain. c) Ester mempunyai titik didih yang lebih rendah daripada asam karboksilat isomernya. d) Titik didih ester terletak antara keton dan eter dengan massa molar yang sebanding. e) Molekul-molekul ester dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul-molekul air, ester dengan massa molar rendah larut dalam air. Ester yang memiliki tiga hingga lima atom karbon larut dengan baik dalam air. 3) Sifat Kimia Ester (Suwarji 2007) a) Ester dapat mengalami reaksi hidrolisis Contoh : R–COOR1 + H2O ------> R–COOH + R1–OH a. (Ester) (Air) (As.Alkanoat) (Alkohol) b) Ester dapat direduksi dengan H2 menggunakan katalisator Ni dan dihasilkan dua buah senyawa alkohol. Contoh : 13 R–COOR1 + 2H2 → R–CH2–OH + R1–OH c) Ester Alkohol Alkohol Ester khususnya minyak atau lemak bereaksi dengan basa membentuk garam (sabun) dan gliserol. Reaksi ini dikenal dengan reaksi safonifikasi atau penyabunan. 4) Jenis ester berdasarkan perbedaan titik didih a) Ester dengan titik didih rendah (low boiling ester) Ester ini didistilasi dalam labu distilasi, maka akan keluar sebagai distilat dengan tingkat kemurnian tinggi. b) Ester dengan titik didih sedang (medium boiling ester) Ester didistilasi dalam sebuah labu distilasi maka ester akan keluar bersama alkohol, air serta sisa asam, dimana campuran tersebut komposisinya mempunyai titik didih yang hampir sama dan fraksi mol campuran dalam fase uap dan cair yang sama. c) Ester dengan titik didih tinggi (high boiling ester) Ester ini dipisahkan dengan penguapan dan penambahan benzene sehingga sisa asam, alkohol, dan air menguap, sedang ester tetap tinggal dalam distilator. Contoh: etil pelargonat, n-oktil asetat. 5) Kegunaan Ester Banyak senyawa ester yang mempunyai aroma yang harum, sehingga saat ini telah banyak bahan pengharum yang terbuat dari senyawa ester. Kebanyakan ester merupakan zat yang berbau enak dan menyebabkan cita rasa dan harum dari banyak buah-buahan dan bunga. (Winarto et al. 2012). a) Amil asetat banyak digunakan sebagai pelarut untuk damar dan lak 14 b) Esterifikasi etilen glikol dengan asam bensen 1,4- dikarboksilat menghasilkan poliester yang digunakan sebagai bahan pembuat kain. c) Karena baunya yang sedap maka ester banyak digunakan sebagai essen pada makanan 6) Proses Esterifikasi dalam Pembuatan ester Senyawa ester dapat disintesis dengan mereaksikan asam karboksilat dengan alkohol menggunakan katalis, seperti asam sulfat, asam klorida, asam p-toluena sulfonat, atau asam yang berasal dari resin penukar ion. Reaksi pembentukan ester disebut reaksi esterifikasi. Reaksi esterifikasi yang melibatkan asam karboksilat dan alkohol yang menghasilkan ester dan air dengan bantuan katalis asam disebut sebagai esterifikasi Fischer (Carey 2000). Sistem proses yang dirancang untuk menyelesaikan reaksi esterifikasi dikehendaki untuk sedapat mungkin mencapai 100%. Oleh karena itu reaksi esterifikasi merupakan kesetimbangan, maka konversi sempurna tidak mungkin tercapai, dan sesuai informasi yang ada konversi yang dapat dicapai hanya sampai 98%. Nilai konversi yang tinggi dapat dicapai dengan ekses reaktan yang besar. Proses esterifikasi secara umum harus diketahui untuk dapat mendorong konvesi sebesar mungkin. Secara umum ada tiga golongan proses, dan penggolongan ini bergantung kepada volatilitas ester, yaitu : a) Golongan 1 Dengan ester yang sangat mudah menguap, seperti metil format, metil asetat, dan etil format, titik didih ester lebih rendah daripada alkohol, oleh karena itu ester segera dapat dihilangkan dari campuran reaksi. Produksi metil asetat dengan metode distilasi Bachaus merupakan sebuah contoh 15 dari golongan ini. Metanol dan asam asetat diumpankan ke dalam kolom distilasi dan ester segera dipisahkan sebagai campuran uap dengan metanol dari bagian atas kolom. Air terakumulasi di dasar tangki dan selanjutnya dibuang. Ester dan alkohol dipisahkan lebih lanjut dalam kolom distilasi yang kedua. b) Golongan 2 Ester dengan kemampuan menguap sebaiknya dipisahkan dengan cara menghilangkan air yang terbentuk secara destilasi. Dalam beberapa hal, campuran terner dari alkohol, air dan ester dapat terbentuk. Kelompok ini layak untuk dipisahkan lebih lanjut: dengan etil asetat, semua bagian ester dipindahkan sebagai campuran uap dengan alkohol dan sebagian air, sedangkan sisa air akan terakumulasi dalam sistem. Dengan butil asetat, semua bagian air dipindahkan ke bagian atas dengan sedikit bagian dari ester dan alkohol, sedangkan sisa ester terakumulasi dalam sistem. c) Golongan 3 Dengan ester yang mempunyai volatilitas rendah, beberapa kemungkinan timbul. Dalam hal butil dan amil alkohol, air dipisahkan sebagai campuran biner dengan alkohol. Contoh proses untuk tipe seperti ini adalah pembuatan dibutil ftalat. Untuk menghasilkan ester dari alkohol yang lebih pendek (metil, etil, propil) dibutuhkan penambahan hidrokarbon seperti benzena dan toluena untuk memperbesar air yang terdestilasi dengan alkohol bertitik didih tinggi (benzil, furfuril, b-feniletil) suatu cairan tambahan selalu diperlukan untuk menghilangkan kandungan air dari campuran. 16 7) Pembuatan Ester Halaman ini membahas tentang cara-cara pembuatan ester dari alkohol di laboratorium dengan menggunakan asam karboksilat, asil klorida (asam klorida) atau anhidrida asam yang sesuai. a) Pembuatan Ester dari Asam Karboksilat dan Alkohol Suatu asam karboksilat adalah senyawa organik yang mengandung gugus karboksil, – COOH. Gugus karboksil mengandung gugus karbonil dan sebuah gugus hidroksil; antar aksi dari kedua gugus ini mengakibatkan suatu kereaktifan kimia yang unik.Untuk asam karboksilat asam format terdapat pada semut merah, lebah, jelatang dan sebagainya (juga sedikit dalam urine dankeringat ). Sifat fisika: cairan, tak berwarna, merusak kulit, berbau tajam, larut dalam H2O dengan sempurna. Sifat kimia: asam paling kuat dari asam–asam karboksilat, mempunyai gugus asam dan aldehida. Reaksi esterifikasi bersifat reversibel, untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain ialah dengan membuang salah satu produk dari dalam campuran reaksi (misalnya, dengan destilasi air secara azeotrofik). Reaksi substitusi antara gugus (–OH) asam karboksilat dengan gugus (–O– CH2–CH3) etanol disebut juga Esterifikasi Fischer (Fessenden dan Fessenden 1995) 17 Peranan katalis dalam reaksi esterifikasi sangat penting. Reaksi esterifikasi antara alkohol dan asam karboksilat tanpa katalis akan tercapai setelah refluks beberapa hari. Tetapi dengan adanya katalis asam, kesetimbangan akan dicapai hanya dalam hitungan jam (Furniss et al. 1989). Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Kuat asam dari asam karboksilat hanya memainkan peranan kecil dalam laju pembentukkan ester. Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, ersterfikasi suatu asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonisasi dan deprotonisasi. b) Pembuatan Ester dari Asam asetat dan Alkohol Asam asetat (CH3COOH) sejauh ini merupakan asam karboksilat yang paling penting diperdagangan, industri dan laboratorium. Bentuk murninya disebut asam asetat glasial karena senyawa ini menjadi padat seperti es bila didinginkan. Asam asetat glasial tidak berwarna, cairan mudah terbakar (titik leleh 7ºC, titik didih 800C), dengan bau pedas menggigit. Dapat bercampur dengan air dan banyak pelarut organik. Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Senyawa ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat. Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus etil dan Oac mewakili asetat. Etil asetat tidak beracun, tidak higroskopis, dan dalam skala besar digunakan sebagai pelarut polar menengah. Etil Asetat dibuat melalui reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat dan etanol. Reaksi esterifikasi Fischer adalah 18 reaksi pembentukan ester dengan cara merefluks sebuah asam karboksilat bersama sebuah alkohol dengan katalis asam. Asam yang digunakan sebagai katalis biasanya adalah asam sulfat. Secara sederhana, reaksi pembentukan etil asetat digambarkan sebagai berikut: H3C-COOH + HO-CH2-CH3<==> H3C-COO-CH2-CH3 + H2O Gambar 1. Diagram Proses pembuatan n-Etil Asetat Distilasi Pemanasan (10 Pemisahan 2 Penambahan Larutan Kalsium Klorida Jenuh Pemisahan 1 Penambahan Larutan NaCO3 30% Penambahan Anhidrida Kalsium Khorida Penyaringan Distilasi n- Etil Asetat Murni n-Asetat Etanol H2SO4 Asam Asetat Air + Sisa Asam Sisa Asam Kalsium Khlorida + Air Sisa Air dalam Etil Asetat 19 c) Pembuatan Ester dari Asil Klorida dan Alkohol Jika kita menambahkan sebuah asil klorida kedalam sebuah alkohol, maka reaksi yang terjadi cukup progresif (bahkan berlangsung hebat) pada suhu kamar menghasilkan sebuah ester dan awan-awan dari asap hidrogen klorida yang asam dan beruap. Sebagai contoh, jika kita menambahkan etanol klorida kedalam etanol, maka akan terbentuk banyak hidrogen klorida bersama dengan ester cair etil etanoat. Gambar 2. Reaksi Ester dari Asetil Klorida dengan Etanol dan Fenol Mempercepat Reaksi antara Fenol dengan beberapa Asil Klorida yang Kurang Reaktif dengan Reaksi Protonasi Gambar 3. Reaksi antara Fenol dengan beberapa Asil Klorida yang Kurang Reaktif dengan Reaksi Protonasi 20 d) Pembuatan Ester dari Anhidrida Asam dan Alkohol Reaksi-reaksi dengan anhidrida asam berlangsung lebih lambat dibanding reaksi-reaksi yang serupa dengan asil klorida, dan biasanya campuran reaksi yang terbentuk perlu dipanaskan. Mari kita ambil contoh etanol yang bereaksi dengan anhidrida etanoat sebagai sebuah reaksi sederhana yang melibatkan sebuah alkohol yaitu reaksi berlangsung lambat pada suhu kamar (atau lebih cepat pada pemanasan). Tidak ada perubahan yang bisa diamati pada cairan yang tidak berwarna, tetapi sebuah campuran etil etanoat dan asam etanoat terbentuk. Gambar 4. Ester dari Anhidrida Asam dan Alkohol Proses pembuatan n-Etil Asetat merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia. Karena itu, rasio hasil reaksinya akan menjadi rendah jika air yang terbentuk tidak dipisahkan. Karena reaksinya banyak menggunakan asam maka dalam prosesnya perlu dilakukan penghilangan asam dengan menambahkan Natrium karbonat dan kalsium klorida. Selain itu penambahan kedua zat tersebut berfungsi untuk menghilangkan kadar air dalam n-Etil Asetat. Etil asetat murni memiliki densitas 0.897 21 gram/cm3 dan titik didih 77.10C. Karena memiliki titik didih yang rendah, maka n-Etil Asetat mudah menguap. 8) Parameter keberhasilan proses pembuatan ester Keberhasilan proses pembuatan essen dapat dicapai, apabila dalam proses pembuatannya memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh pada reaksi esterifikasi antara lain : a) Waktu Reaksi Semakin lama waktu reaksi maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan konversi yang besar. Jika kesetimbangan reaksi sudah tercapai maka dengan bertambahnya waktu reaksi tidak akan menguntungkan karena tidak memperbesar hasil. b) Pengadukan Pengadukan akan menambah frekuensi tumbukan antara molekul zat pereaksi dengan zat yang bereaksi sehingga mempercepat reaksi dan reaksi terjadi sempurna. Sesuai dengan persamaan Archenius : k = A e (-Ea/RT) dimana, T = Suhu absolut ( ºC) R = Konstanta gas umum (cal/gmol ºK) Ea = Tenaga aktivasi (cal/gmol) A = Faktor tumbukan (t-1) k = Konstanta kecepatan reaksi (t-1) Semakin besar tumbukan maka semakin besar pula harga konstanta kecepatan reaksi. Sehingga dalam hal ini pengadukan sangat penting mengingat larutan minyakkatalis-metanol merupakan larutan yang immiscible. c) Katalisator Katalisator berfungsi untuk mengurangi tenaga aktivasi pada suatu reaksi sehingga pada suhu tertentu harga 22 konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi yang sudah dilakukan biasanya menggunakan konsentrasi katalis antara 1-4 % berat sampai 10 % berat campuran pereaksi (Ketta 1978). d) Suhu Reaksi Semakin tinggi suhu yang dioperasikan maka semakin banyak konversi yangdihasilkan, hal ini sesuai dengan persamaan Archenius. Bila suhu naik maka harga k makin besar sehingga reaksi berjalan cepat dan hasil konversi makin besar. e) Perbandingan zat pereaksi Reaksi esterifikasi bersifat reversible, maka salah satu pereaktan harus dibuat berlebih agar optimal dalam pembentukan produk essen yang ingin dihasilkan

4.AKD(Analisis Kimia Dasar)

 PEMBELAJARAN Kegiatan Pembelajaran 1. Melakukan Analisis Kualitatif Metode H2S Dalam Pemeriksaan Kation dan Anion A. Diskripsi Buku teks pada bagian kegiatan pembelajaran satu ini berisikan analisis kualitatif dasar metode H2S dalam pemeriksaan kation dan anion yang meliputi uji pendahuluan dan pemeriksaan kation dan anion. B. Kegitan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran a. Menjelaskan dasar-dasar analisis kualitatif metode H2S b. Melaksanakan analisis kualitatif dasar dengan metode H2S dalam pemeriksaan kation c. Melaksanakan analisis kualitatif dasar dalam pemeriksaan anion 2. Uraian Materi a. Dasar-dasar analisis kualitatif berdasarkan reaksi metode H2S Kimia analitik adalah cabang ilmu kimia yang berfokus pada analisis contoh/cuplikan material untuk mengetahui komposisi, struktur, dan fungsi kimiawinya. Secara tradisional, analisis kimia (kimia analitik) dibagi menjadi dua jenis yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. 11 Analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui keberadaan suatu unsur atau senyawa kimia, baik organik maupun inorganik. Dengan kata lain analisis kualitatif bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya zat tertentu dalam contoh yang diuji. Analisis kuantitatif bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu cuplikan atau contoh. Beberapa laboratorium mengunakan istilah analisis kuantitatif sebagai analisis penetapan kadar (PK). Tidak semua unsur atau senyawa yang ada dalam sampel dapat dianalisis secara langsung, sebagian besar memerlukan proses pemisahan terlebih dulu dari unsur yang mengganggu. Karena itu cara-cara atau prosedur pemisahan merupakan hal penting juga yang dipelajari. Mengamati Berkaitan dengan analisis kualitatif metode H2S, Anda ditugaskan mencari informasi melaui studi di perpustakaan, studi literatur di internet dan membaca modul ini. Untuk memudahkan Anda melalukan pengamatan maka Anda diminta untuk mengikuti langkah-langkah berikut. 1) Baca modul uraian materi pada KD 1 yang tentang analisis kualitatif berdasarkan metode H2S. 2) Coba gali informasi mengenai cara analisis kualitatif metode H2S 3) Buat rangkuman satu halaman menggunakan kertas kuarto (A4) yang berisi prinsip pengujian, tujuan pengujian, dan langkah pengujian 4) Buatlah indikator keberhasilan pengujian kation dengan metode H2S 12 Dibandingkan dengan cabang ilmu kimia lainnya seperti kimia anorganik, organik, fisik dan biokimia, maka kimia analitik mempunyai penerapan yang lebih luas. Kimia analitik tidak saja dipakai di cabang ilmu kimia, tapi juga dipakai luas dalam cabang ilmu pengetahuan lain seperti ilmu lingkungan, kedokteran, pertanian, kelautan dan sebagainya. Demikian juga di bidang industri, kesehatan dan bidang lainnya kimia analitik memberikan peranan yang penting. Di bidang industri kimia, metoda kimia analisis diperlukan untuk memonitoring bahan baku, proses produksi, produk maupun limbah yang dihasilkan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai skala. Jumlah dalam analisis makro kuantitas zat yang dikerjakan adalah 0,5 – 1 gram dan volume larutan yang diambil untuk analisis sekitar 20 mL. Jumlah dalam analisis semimikro kurang lebih 0,05 gram dan volume larutan sekitar 1 mL. dalam analisis mikro jumlah kurang dari 0,01. Analisis kualitatif atau disebut juga analisis jenis adalah untuk menentukan macam atau jenis zat atau komponen-komponen bahan yang dianalisis. Dalam melakukan analisis kita mempergunakan sifat-sifat zat atau bahan, baik sifat-sifat fisis maupun sifat-sifat kimianya. Misalnya ada suatu sampel cairan dalam gelas kimia. Bila kita ingin tahu apa sampel cair itu maka kita lakukan analisis kualitatif terhadap sampel cairan itu. Caranya dengan menentukan sifat-sifat fisis sampel tersebut. Misalnya menentukan warna, bau, indeks bias, titik didih, massa jenis serta kelarutan. Begitu pula bila sampel berupa padatan, dapat ditentukan warna, bau, warna nyala, titik leleh, bentuk kristal, serta kelarutannya. Analisis kualitatif dikelompokkan menjadi dua. Pertama, analisis kualitatif bahan berdasarkan karakteristik fisik (sifat fisik) dan yang kedua analisis sifat kimia bahan (reaksi dengan H2S), yaitu analisis kation dan analisis anion. 13 1) Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisis bahan. Sebelum kita melakukan penentuan sifat fisis berupa penentuan titik leleh dan bentuk kristal untuk sampel padat dan penentuan titik didih dan indeks bias untuk sampel cair, terlebih dahulu analisis pendahuluan. Untuk sampel padat analisis pendahuluan meliputi: warna, bau, bentuk, kelarutan, pemanasasan dalam tabung uji serta tes nyala. Sedangkan untuk sampel cair analisis penaduluan meliputi: warna, bau, kelarutan serta keasaman. Analisis kualitatif berdasarkan sifat fisik bahan akan dibahas pada kegitan pembelajaran ke dua dalam modul ini. 2) Idetifikasi kation berdasarkan reaksi dengan H2S. Kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Pada bab ini akan diuraikan bagaimana cara melakukan analisis kualitatif berdasarkan reaksi dengan H2S. b. Idetifikasi kation berdasarkan Metode H2S. 1) Analisis Kation Berdasarkan Metode H2S. a) Pengertian Analisis Kation Analisis kation memerlukan pendekatan yang sistematis, umumnya dilakukan dengan dua cara yaitu pemisahan dan identifikasi (pemastian). 14 Pemisahan dilakukan dengan cara mengendapkan suatu kelompok kation dari larutannya. Kelompok kation yang mengendap dipisahkan dari larutan dengan cara sentrifus dan menuangkan filtratnya ke tabung uji yang lain. Larutan yang masih berisi sebagian besar kation kemudian diendapkan kembali membentuk kelompok kation baru. Jika dalam kelompok kation yang terendapkan masih berisi beberapa kation maka kation-kation tersebut dipisahkan lagi menjadi kelompok kation yang lebih kecil, demikian seterusnya sehingga pada akhirnya dapat dilakukan uji spesifik untuk satu kation Identifikasi (pemastian) kation dalam suatu cuplikan dapat diketahui dengan melakukan uji menggunakan pereaksi-pereaksi yang spesifik, meskipun agak sulit mendapatkan pereaksi yang spesifik untuk setiap kation. Oleh karena itu umumnya dilakukan terlebih dahulu penggolongan kation. Sebelum dilakukan pengendapan golongan dan reaksi identifikasi kation dengan cara basah cuplikan padat harus dilarutkan dahulu. Supaya mendapatkan larutan cuplikan yang baik, zat yang akan dianalisis dihomogenkan dahulu sebelum dilarutkan. Sebagai pelarut dapat dicoba dahulu secara berturut-turut mulai dari air, HCl encer, HCl pekat, HNO3 encer, HNO3 pekat, air raja (HCl : HNO3 = 3 : 1). Mula-mula dicoba dalam keadaan dingin lalu dalam keadaan panas. Bila pelarutnya HCl pekat larutan harus diuapkan sampai sebagaian besar HCl habis. Bila larutan HNO3 atau air raja, maka semua asam harus dihilangkan dengan cara menguapkan larutan sampai hampir kering, kemudian ditambahkan sedikit HCl, diuapkan lagi sampai volumenya sedikit lalu encerkan dengan air. 15 Larutan cuplikan dapat mengandung bermacam-macam kation. Ada beberapa cara pemeriksaan kation secara sistematis. Misalnya cara fosfat dari reni, cara peterson dan cara H2S. Pada bagian ini hanya akan dibahas pemisahan kation berdasarkan skema H2S menurut bragmen yang diperkuat oleh Fresenius, Treadwell dan Noyes. b) Pengertian analisis kation berdasarkan metode H2S. Dalam analisis cara H2S kation-kation diklasifikan dalam lima golongan berdasarkan sifat –sifat larutan contoh terhadap beberapa pereaksi. Pereaksi yang paling umum adalah asam klorida, hidrogen sulfida, amonium sulfida, dan amonium karbonat. Jadi klasifikasi kation dilakukan berdasarkan atas perbedaan reaksi dari klorida, sulfida, dan karbonat kation tersebut. Penambahan pereaksi golongan akan mengendapkan ion-ion dalam golongan tersebut. Masing-masing golongan kemudian dipisahkan kemudian dilakukan pemisahan ion-ion segolongan dan dilakukan identifikasi terhadap masing-masing ion. Pemisahan dengan cara H2S dapat dilihat pada tabel dan gambar berikut. Analisis kation metode H2S dilakukan dengan menambahkan perekasi golongan. Anda pernah belajar sistem periodik unsur ? Terdapat 8 golongan dalam sistim periodik unsur. Dari delapan golongan tersebut terdapat unsur-unsur yang dapat menghasilkan kation (ion bermuatan positif) seperti unsur golongan I, Golongan II dan golongan III. Pemahaman mengenai kation pada sistem periodik unsur diperlukan untuk mendasari pembahasan pada pokok bahasan ini. Misalnya larutan contoh yang mengandung kation tertentu akan mengendap apabila ditambahkan larutan HCL 2 N. 16 Kation Ag+ membentuk endapan dengan HCl encer endapan tersebut disebut dengan endapan golongan HCl. Larutan contoh juga dapat mengendap setelah dialiri H2S endapan tersebut disebut dengan endapan golongan H2S. Kation Hg2+ dan Cd2+ membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Pemahaman golongan dalam sistim periodik unsur dibedakan dengan pemahaman endapan golongan yang akan dibahas dalam analisis kation metode H2S berikut. Golongan dalam sistim periodik terdapat 8 golongan akan tetapi endapan dalam analisis metode H2S terdapat 5 jenis golongan endapan. Delapan golongan dalam sistem periodik dibedakan berdasarkan mudah tidaknya unsur terionisasi, jumlah muatan ion yang terbentuk, jumlah elektron pada kulit terluar dan lain-lain. Sedangkan endapan golongan analisis metode H2S ada 5 jenis golongan yang dibedakan dari reaksi terbentuknya endapan dari penambahan reagen tertentu. Secara rinci akan dibahas dalam uraian berikut dalam bentuk tabel maupun skema. Tabel 1. Pemisahan kation berdasarkan metode H2S Ke dalam ± 5 mL larutan contoh diteteskan HCl 2 N bila terbentuk endapan penambahan HCl diteruskan sampai tidak keluar endapan lalu disaring Endapan Golongan HCl Filtrat  Tidak boleh menimbulkan endapan kembali jika ditetesi dengan HCl 2 N  Tambah HCl 4N ± 5 mL  Dipanaskan hampir sampai mendidih ( ±80 oC ) lalu dialiri gas H2S selama 2 atau 3 menit  Baik ada endapan ataupun tidak, larutan diencerkan sampai ± 100 mL dengan aquades sampai keasaman menjadi 0,2 N (diperiksa dengan metil lembayung)  Filtrat kemudian dipanaskan kembali hampir sampai mendidih ( ±80oC ) lalu dialiri H2S selama 10 menit dan terus disaring 17 Endapan golongan H2S Filtrat  Tidak boleh ada endapan lagi dengan H2S  Larutan dimasak/dipanaskan untuk mengeluarkan H2S dicek dengan kertas Pb asetat  Ditambah ± 2 mL HNO3 dan dimasak/dipanaskan 2 menit  Ditambahkan ± 2 mL NH4Cl  Ditambah NH4OH sampai alkalis lemah  Terbentuk endapan (NH4)2S tidak berwarna  Larutan dimasak lalu disaring  Endapan dikertas saring merupakan endapan Golongan (NH4)2S Endapan Golongan (NH4)2S Filtrat  Tidak boleh mengeluarkan endapan lagi dengan (NH4)2S  Larutan dipekatkan dengan pemanasan / dikisatkan sampai ± 10 mL  Ditambah NH4OH dan (NH4)2S berlebihan  Dipanaskan sebentar ± 60 oC  Biarkan 5 menit kemudian disaring Endapan Filtrat  Larutan dibagi 2 yang tidak sama  Bagian yang kecil dikisatkan sampai kering, residu (sisa) putih menunjukkan adanya golongan sisa Tabel analisis kualitatif kation metode H2S dalam tabel di atas dapat digambarkan dalam bentuk skema sebagai berikut. 18 2) Pelaksanaan analisis Kation berdasarkan metode H2S. a) Cara pengendapan dan pemisahan (1) Golongan 1 Kation golongan I (Pb2+, Hg+, Ag+) membentuk endapan dengan HCl encer. Endapan tersebut adalah PbCl2, HgCl2, dan AgCl2 yang semuanya berwarna putih. Untuk memastikan apakah endapan tersebut mengandung satu kation, dua kation atau tiga kation maka dilanjutkan dengan pemisahan dan identififikasi kation golongan I yang caranya dapat dilihat pada tabel berikut. Larutan contoh Filtrat Endapan Gol 1 Endapan Gol 2 Filtrat Tambah HCl encer + H2S/ H+ (HCl 0,2-2N) + NH4Cl, + NH4 OH, +( NH4)OH + (NH4)2S tak berwarna + NH4OH, + (NH4)CO3 Endapan Gol 3 Filtrat Endapan Gol 4 Filtrat Golongan Sisa (Gol V ) 19 Tabel 2. Cara identifikasi pemastian kation golongan I  Endapan mungkin mengandung PbCl2, AgCl dan HgCl2  Cuci endapan di atas saringan, mula-mula dengan 2 mL HCl encer lalu 2-3 kali dengan sedikit air dingin, air cucian dibuang  Endapan dipindahkan ke dalam gelas kimia kecil. Tambahkan 15 mL air dan panaskan  Saring dalam keadaan panas Residu (Endapan)  Mungkin mengandung PbCl2 dan AgCl  Endapan dicuci beberapa kali dengan air panas sampai air cucian tak memberi endapan dengan larutan K2CrO4, ini menunjukkan Pb sudah tidak ada  Ditambah 10-15 mL Larutan NH4OH (1:1) panas pada endapan Filtrat Mungkin mengandung PbCl2 larutan didinginkan biasanya PbCl2 keluar sbagai kristal. Filtrat dibagi menjadi 3 bagian 1) Tambah larutan K2CrO4 terbentuk endpan PbCrO4 berwarna kuning dan tidak larut dalam asam asetat encer 2) Tambah larutan KI terbentuk endapan kiuning, larut dalam air mendidih . Larutan tidak berwarna dan ketika didinginkan keluar kristal kuning 3) Tambah H2SO4 encer terbentuk endapan 4) putih Pb2SO4 yang larut dalam larutan amonium asetat Pb2+ Pb2+ Residu 1) Jika hitam terdiri dari Hg(NH2)Cl dan Hg 2) Endapan dilarutkan dalam 3-4 mL air raja mendidih, encerkan saring jika perlu. 3) Lalu ditambah larutan SnCl sehingga terbentuk endapan putih HgCl2 berubah menjadi Hg Hg+ Filtrat Mungkin mengandung [Ag(NH3)2]Cl Bagi menjadi 2 bagian: 1) Asamkan dengan HNO3 encer, terbentuk endpan putih AgCl 2) Tambah beberaoa tetes KI terbentuk endapan kuning muda AgI Ag+ 20 Reaksi-reaksi pada pengendapan pemisahan dan identifikasi kation-kation tersebut adalah sebagai berikut: (a) Reaksi pengendapan Pada reaksi pengendapan larutan contoh dengan menggunakan larutan HCl encer jika terbentuk endapan putih maka larutan contoh kemungkinan mengandung Ag+, Pb+ , atau Hg+ atau mungking mengandung dua atau tiga ion tersebut. Reaksi terbentuknya endapan dapat dituliskan sebagai berikut: Ag+ + Cl- → AgCl (endapan putih) Pb++ 2Cl- → PbCl2 (endapan putih) 2Hg+ + Cl- → Hg2Cl2 (endapan putih) (b) Pemisahan Endapan PbCl2 larut dalam air panas tetapi membentuk kristal seperti jarum setelah dingin. Sedangkan AgCl larut dalam amonia encer membentuk ion kompleks diamenargentat. AgCl2 + 2NH3 →[Ag(NH3)2] + + ClEndapan Hg2Cl2 oleh larutan amonia diubah menjadi campuran merkrium (II) amidoklorida dan logam merkurium yang kedua-duanya merupakan endapan. Hg2Cl2 + 2 NH3 → Hg + Hg(NH2)Cl + NH3+ + Cl- (c) Reaksi Identifikasi Pb2+ + CrO4 2- → PbCrO4 (endapan kuning) Pb2+ + 2 I- → PbI2 (endapan kuning) Pb2+ + SO42- → PbSO4 (endapan putih) 21 [Ag(NH3)2] + + Cl- + H+ → AgCl (endapan putih) + 2 NH4+ [Ag(NH3)2] + + I- + H+ → Agl (endapan kuning) + 2 NH3 Kation golongan 1 membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion–ion ini adalah golongan timbel (Pb2+), merkurium (I) (Hg+) dan perak (Ag+). Untuk memisahkan ketiga kation ini tambahkan HCl 6 M pada sampel uji. Kation golongan 1 akan mengendap sebagai garam klorida yang berwarna putih. Reaksi yang terjadi : Ag+ + Cl-  AgCl 2Hg+ + 2Cl-  Hg2Cl2 Pb2+ + 2Cl-  PbCl2 Endapan PbCl2 akan larut dengan kenaikan suhu. Karena itu PbCl2 dapat dipisahkan dari kedua kation yang lain dengan menambahkan air panas kemudian mensentrifus dan memisahkannya dari larutan. Adanya Pb2+ dapat diidentifikasi dengan penambahan K2CrO4 membentuk endapan kuning atau dengan H2SO4 membentuk endapan putih. Pb2+ + CrO4 2-  PbCrO4 2- Pb2+ + SO4 2-  PbSO4 Hg1+ dan Ag+ dapat dipisahkan dengan penambahan NH3. Jika ada Hg2Cl2 maka dengan NH3 akan bereaksi : Hg2Cl2 + 2NH3  HgNH2Cl + Hg + NH4Cl putih hitam Endapan yang teramati menjadi berwarna abu-abu. 22 Sedangkan penambahan amonia terhadap Ag+ menyebabkan endapan AgCl larut kembali karena terjadi pembentukan kompleks Ag(NH3) 2+ yang stabil. AgCl + 2NH3  Ag(NH3)2 + + ClAdanya Ag+ dapat diuji dengan menambahkan asam kuat HNO3 6 M. Ion H+ akan mendekomposisi kompleks Ag(NH3)2 + sehingga Ag+ akan bebas dan bereaksi dengan Cl- yang sudah ada membentuk endapan AgCl kembali. Ag(NH3)2 + + 2H+ + Cl-  AgCl + 2NH4 + (2) Golongan II Kation golongan II (Hg2+, Pb2+ , Bi2+, Cu2+ , Cd2+ , As3+ , As5+, Sb3+ , Sb5+ , Sn2+ , Sn4+ ) membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Endapan yang terbentuk adalah HgS (hitam), PbS (hitam), CuS (hitam), CdS (kuning), Bi2S3 (coklat), As2S3 (kuning), Sb2S3 (jingga), Sb2S2 (jingga), SnS (coklat), SnS2 (kuning). Kation golongan II dibagi lagi menjadi dua sub golongan berdasarkan kelarutkan endapan tersebut dalam amonium polisolfida yaitu sub golongan tembaga (golongan II a) dan sub golongan arsenik (golongan IIb), sulfida sub golongan tembaga (ion Hg2+, Pb2+, Bi3+, Cu2+, Cd2+) tidak larut dalam amonium polisulfida sedangkan sulfioda sub golongan arsenik ( As3+, As5+, Sb3+, Sb5+, Sn2+, Sn4+) larut membentuk garam-garam kation. Ionion golongan IIB ini bersifat amfoter, oksidasinya membentuk garam baik dengan asam maupun dengan basa. Semua sulfida golongan II B larut dalam (NH4)2S tidak berwarna kecuali SnS. 23 Kation-katon golongan II dan kation-kation golongan III samasama membentuk endapan sulfida namun mengapa kationkation golongan III tidak mengendap pada pengendapan kation golongan II. Jika konsentrasi kation golongan II dan III masing-masing 0,1M dapat dihitung garam sulfida mana yang mengendap. Dari daftar hasil kali kelarutan, dapat dilihat bahwa endapan yang mempunyai hasil kali kelarutan paling besar pada golongan II adalah CdS yaitu 8m x 10-27 sedangkan yanga mempunyai hasil kali kelarutan paling rendah pada golongan III adalah ZnS yaitu 1,6x10-23. Bila dihitung hasil kali antara konsentrasi ion Cd2+, Zn2+ dan S2 adalah sebagai berikut: [cd2+] [S2] = 0,1x 1,7 10-24 = 1,7 x 10-25 [Zn2+] [S2] = 0,1x 1,7 10-24 = 1,7 x 10-25 Bila dibandingkan dengan harga Ksp maka: 1,7 x 10-25 > 8,0 x 10-25 berarti CdS mengendap 1,7 x 10-25 < 8,0 x 10-25 berarti ZnS belum mengendap Dengan diperhitungkan seperti itu maka keasaman HCl 0,2M dengan larutan jenuh H2S diperoleh bahwa sulfda goloingan III yang paling mudah mengadap (ZnZ) belum mengendap. Apabila konsentrasi HCl lebih tinggi darfi 0,2N maka ZnS akan ikut mengendap pada pengendapan golingan II. Kation golongan dua tidak bereaksi dengan asam klorida tapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Golongan ini adalah merkurium (muatan postif II), tembaga, bismut, kadmium, arsenik (muatan postif III), arsenik (muatan postif IV), stibium (muatan postif III), Stibium 24 muatan postif (IV), timah (muatan postif II) dan timah (muatan postif III) dan (muatan postif IV). muatan postif Sementara sulfida dari kation dalam golongan IIa tak dapat larut dalam amonium polisulfida, sulfida dari kation dalam golongan IIb dapat larut. Kation golongan 2: Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+, As3+, Sn4+, Sb3+ Kation golongan II, III, IV, dan V tidak membentuk endapan klorida. Dengan demikian kation tersebut tetap ada dalam filtrat larutan setelah penambahan HCl 6M. Untuk memisahkan kation golongan II dengan kelompok kation lainnya maka kation golongan II diendapkan sebagai garam sulfida dengan konsentrasi ion H+ dibuat menjadi sekitar 0,3 M (pH=0,5). Kondisi pH ini penting karena jika konsentrasi asam terlalu tinggi maka tembaga, kadmium, kobalt dan timbal tidak akan sempurna pengendapannya, sebaliknya jika keasaman terlalu rendah maka sulfida dari golongan III dapat ikut terendapkan. Larutan kemudian dijenuhkan dengan sulfida. Ion sulfida terbentuk dari ionisasi asam lemah H2S yang berasal dari gas H2S yang dilarutkan dalam air atau dari tioasetamida yang terhidrolisis. Penambahan hidrogen peroksida dapat dilakukan untuk mengoksidasi Sn2+ menjadi Sn4+ sehingga endapan SnS yang agak gelatin menjadi SnS2. Reaksi yang terjadi diantaranya : Cu2+ + S2-  2CuS (endapan hitam) 25 Endapan kation lainnya adalah CdS (kuning), Bi2S3 (hitam), SnS2 (kuning), dan Sb2S3 (jingga). PbCl2 mempunyai Ksp yang cukup tinggi sehingga agak mudah larut dalam larutan asam klorida encer, karena itu dalam kation golongan II ini kemungkinan kation Pb masih ditemukan. Kation golongan II dipisah menjadi dua sub golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan arsen. Pembagian kedua sub golongan ini berdasarkan kelarutan endapan garam sulfida dan amonium polisulfida. Sulfida dari sub-gol tembaga yaitu PbS, CuS, CdS, HgS dan Bi2S3 tidak larut dalam pereaksi ini, sedangkan sulfida dari sub golongan arsen yaitu As2S3, As2S5, SnS2 dan Sb2Sb3 akan larut membentuk garam tio. Reaksi yang terjadi : As2S5 + 3S2-  2AsS43- (tioarsenit) As2S3 + 3S2-  2AsS3- (tioarsenat) Sb2S3 + 3S2-  2SbS3 3- (tioantimonat) Sb2Sb5 + 3S2-  2SbS4 3- (tioantimonit) SnS + S2-  SnS3 2- (tiostanat) Amonium sulfida (NH4)2S tidak dapat melarutkan SnS, karena itu SnS harus dioksidasi telebih dahulu. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan hidrogen peroksida sebelum pengendapan sulfida atau mengganti ammonium sulfida dengan amonium polisulfida ( (NH4)2S2 ) yang dapat mengoksidasi kation tersebut. (3) Golongan III Sebelum pengendapan golongan ini dilakukan terlebih dahulu diperiksa adanya ion-ion pengganggu (fosfat, oksalat, dan borat). 26 Bila ion-ion tersebut ada maka harus dihilangkan dahulu. Kation golongan III (Co2+, Ni2+, Fe2+, Zn3+, Mn2+, Cr3+, Al3+) membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasan netral atau aamoniakal. Endapan yang terbentuk adalah FeS (hitam) Al(OH)3 (hijau), NiS (hitam), MnS (merah jambu) dan ZnS (putih). Pada pengendapan kation golongan III ditambahkan buffer NH4OH dan NH4Cl (pH basa lemah) misalnya pH 9 = maka [H+] =10-9 dan [OH] = 10-5. Pada konsentrasi ion hidrogen basa lemah (± 10-9) maka [H+] 2 [S2-] = 6,8 x 10-24 menjadi [10-9]2 [S-] = 6,8 x 10-24 6,8 x 10-24 [S2-] =  = 6,8 x 10-6 (10-9) 2 Bila [M] = 0,01maka [M] (6,8 x 10-6) = 0,01 x (6,8 x 10-6) = 6,8 x 10-8 Ini menunjukkan bahwa hasil kali kelarutan semua sulfida golongan III sudah dilampui. Dalam tabel hasil kali kelarutan beberapa endapan sulfida dan hidroksida dapat dilihat bahwa Ksp [M] [S2-] < Ksp [M] [OH-] Dengan demikian untuk kation yang sama akan mengendap sebagai sulfida dahulu. Kation golongan III tak bereaksi dengan asam klorida encer atau membentuk hydrogen sulfide dalam suasana asam mineral encer. Kation ini membentuk endapan dengan amonium sulfida dalam suasana netral atau amoniakal. Kation golongan ini adalah kobalt (muatan postif II), nikel (muatan postif II), besi (muatan 27 postif II), besi (muatan postif III), kromium, zink dan mangan (muatan postif II). Kation golongan III : Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+ Kation golongan III membentuk sulfida yang lebih larut dibandingkan kation golongan II. Karena itu untuk mengendapkan kation golongan III sebagai garam sulfida konsentrasi ion H+ dikurangi menjadi sekitar 10 – 9 M atau pH 9. Hal ini dapat dilakukan dengan penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida. Kemudian dijenuhkan dengan H2S. Dalam kondisi ini kesetimbangan : H2S  2H+ + S2- akan bergeser ke kanan. Dengan demikian konsentrasi S2- akan meningkat dan cukup untuk mengendapkan kation golongan III. H2S dapat juga diganti dengan (NH4)2S. Penambahan amonium hidroksida dan amonium klorida juga dapat mencegah kemungkinan mengendapnya Mg menjadi Mg(OH)2. Penambahan kedua pereaksi ini menyebabkan mengendapnya kation Al3+, Fe3+ dan Cr3+ sebagai hidroksidanya, Fe(OH)3 (merah), Al(OH)3 (putih) dan Cr(OH)3 (putih). Hidroksida kation yang lain pada awalnya juga akan mengendap tetapi penambahan amonium hidroksida berlebih menyebabkan hidroksida kation-kation tersebut menjadi kompleks Zn(NH3)4 2+ , Ni(NH3)6 2+, Co(NH3)6 2+ yang larut. Ion sulfida dapat bereaksi dengan Zn(NH3)4 2+, Ni(NH3)62+, Co(NH3)6 2+ membentuk endapan 28 sulfida CoS (hitam), NiS(hitam), dan ZnS (putih) dengan reaksi seperti berikut: Ni(NH3)6 2+ + S2-  2NiS + NH3 Sedangkan Mn2+ dan Fe2+ akan bereaksi langsung membentuk endapan sulfida FeS (hitam) dan MnS(coklat). (4) Golongan IV Kation golongan ini (Ca2+, Sr2+ dan Ba2+) mengendap sebagai karbonatnya dalam suasana netral atau sedikit asam dengan adanya amunium klorida. Endapan yang terbentuk adalah BaCO3, CaCO3, dan SrCO3 yang semuanya berwarna putih. Garam logam alkali tanah yang digunakan untuk pemisahan satu sama lain ialah kromat, karbonat, sulfat dan oksalat. Tabel 3. Hasil kali kelarutan garam logam alkali tanah Zat Hasil Kali Kelarutan Zat Hasil Kali Kelarutan BaCrO4 1,6 x 10-10 BaCO4 8,1 x 10-9 SrCrO4 3,6 x 10-5 SrCO3 1,6 x 10-9 CaCrO4 2,3 x 10-2 CaCO3 4,8 x 10-9 BaSO4 9,2 x 10-11 BaC2O4 1,7 x 10-7 SrSO4 2,8 x 10-7 SrC2O4 5,0 x 10-8 CaSO4 2,3x 10-4 Ca C2O4 1,6 x 10-9 BaCrO4 hampir tidak larut dalam suasana asetat encer, sedangkan SrCrO4 dan CaCrO4 larut maka keduanya tidak diendapkan dalam suasana asam asetat encer. Ba2+ + CrO42- → BaCrO4 29 Dengan menambahkan larutan amunium sulfat jenuh dan memanaskannya maka sebagian basa SrSO4 mengendap setelah didiamkan. Sedangkan ion Ca2+ mudah diidentifikasi dengan mengendapkannya sebagai Ca C2O4 disesuaikan dengan uji nyala. Kation golongan ini tidak bereaksi dengan reagensia golongan I, II dan III. Kation dalam golongan ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida dalam suasana netral atau sedikit asam. Kation golongan ini adalah kalsium, stronsium dan barium. (5) Golongan V (golongan sisa) Kation golongan V (Mg2+, Na+, K+ dan NH4 +) untuk identifikasi ion-ion ini dapat dilakukan dengan reaksi-reaksi khusus atau uji nyala, tetapi ion amonium tidak dapat diperiksa dari filtrat IV. Kation-kation yang umum yang tidak bereaksi dengan reagensia golongan sebelumnya meliputi Magnesium, Natrium, Kalium, Amonium, Litium dan Hidrogen. Tabel berikut ini menunjukkan kelompok kation dan pereaksi yang digunakan dalam analisis kualitatif standar. Tabel 4. Kelompok kation analisis kualitatif Golongan Kation Pereaksi pengendap/kondisi Ag+, Hg+, Pb2+ HCl 6 M Cu2+, Cd2+, BI3+, Hg2+, Sn4+, Sb3+ H2S 0,1 M pada pH 0,5 Al3+, Cr3+, Co2+, Fe2+, Ni2+, Mn2+, Zn2+ H2S 0,1 M pada pH 9 Ba2+, Ca2+, Mg2+, Na+, K+, NH4 + Tidak ada pereaksi pengendap golongan 30 Gambar 1. Skema analisis kualitatif metode H2S Gambar 2. Skema analisis kualitatif metode H2S lanjutan 31 b). Cara Identifikasi (uji pemastian ) Berikut ini contoh identifikasi kation-kation tersebut: Pb2+ : Dengan asam klorida encer membentuk endapan putih dalam larutan dingin dan tidak terlalu encer. Endapan larut dalam air panas dan membentuk kristal seperti jarum setelah larutan dingin kembali. Hg2+ : Dengan asam klorida encer membentuk endapan putih HgCl2. Endapan tidak larut dalam air panas tetapi larut dalam air raja Ag+ : Dengan asam klorida encer membentuk endapan putih AgCl. Endapan tidak larut dalam air panas tetapi larut dalam amonia encer karena membentuk kompleks Ag(NH3)2+. Asam nitrat encer dapat menetralkan kelebihan amonia sehjingga endpan dapat terbentuk kembali. Hg+ : Dengan menambahkan larutan KI secara perlahan-lahan akan membentuk endapan merah HgI2 yang larut kembali dalam KI berlebih karena membentuk komplek [HgI 4] 2- Bi2+ : Dengan NaOH membentuk endapan putih BI(OH)2 yang larut dalam asam Cu2+ : Dalam NaOH larutan dingin membentuk endapan biru Cu(OH)2 yang tidak larut dalam NaOH berlebih. Bila endapan tersebut dipanaskan akan membentuk endapan hitam CuO Cd2+ : Dengan H2S membentuk endapan kuning CdS yang larut dalam asam pekat dan tidak larut dalam HCN As2+ : Dengan tes Gutzeit akan terbentk warna hitam pada kertas saring setelah dibiarkan beberpa lama Kertas saring yang dibasahi dengan AgNO3 Kapas dibasahi dengan Pb(CH3COOH)2 H2SO4 encer dan larutan yang mengandung As3+ Zn Gambar : Tes Cutzeit (Identifikasi As 3+) 32 Sb3+ : Dengan larutan NaOH membnetuk endapan putih yang larut dalam larutan basa alkali yang pekat (5M) membentuk antiminit Sn3+ : Dengan NaOH membentuk endapan putih Sn(OH)2 yang larut dalam NaOH berlebih. Dengan Amonia mengendap sebagai hidroksida pula. Tetapi tidak larut dalam pereaksi berlebih Fe2+ : Dengan larutan K4fe(CN)6 dalam keadaan tanpa udara terbentuk endapan K2Fe[Fe(CN)6]. Pada keadaan biasa terbentuk endapan biru muda. Fe3+ : Dengan laruan NaOH membentuk endapan coklat kemerahan Fe(OH)3 yang tidak larut dalam pereaksi berlebih Al3+ : Dengan larutan basa membentuk endapan gelatin putih yang larut dalam pereaksi berlebih Cr3+ : Dengan larutan basa membentuk endapan hijau Cr(OH)3 yang larut kembali dengan penambahan asam Co2+ : Dengan menambahkan beberapa butir kristal NH4SCN ke dalam larutan Co2+ dalam suasana netral atau sedikit asam akan membentuk warna biru dari ion [Co(SCN)4]2- Ni2+ : Dengan laruan NaOH membentuk endapan hijau Ni(OH)2 yang larut dalam amnonia tetapi tidak larut dalam pereaksi NaOH berlebih Mn2+ : Dengan laruan NaOH membentuk endapan Mn(OH)2 yang mula-mula berwarna putih dan berubah menjadi coklat jika teroksidasi. Zn2+- : Dengan laruan NaOH membentuk endapan gelatin putih Zn(OH)2 yang larut dalam asam dan dalam pereaksi berlebih Ba2+ : Dengan amonium oksalat membentuk endapan putih BaC2O4 yang sedikit larut dalam air, mudah larut dalam asam asetat encer, asam mineral. 33 Sr2+ : Dengan larutan amonium oksalat terbentuk endapan putih SrC2O4 yang sedikit larut dalam air, tidak larut dalam asam asetat encer, tetapi larut dalam asam mineral. Ca2+ : Dengan larutan amonium oksalat terbentuk endapan putih CaC2O4 yang tidak larut dalam air maupun asam asetat tetapi larut dalam asam mineral. Mg2+ : Dengan laruan NaOH membentuk endapan gelatin putih Mg(OH)2 yang tidak larut dalam pereaksi berlebih tetapi mudah larut dalam garam amonium. K+ : Dengan larutan Na3[Co(NO2)6] terbentuk endapan kuning K3[CoNO2)6 yang tidak larut dalam asam asetat encer. Catatan tidak boleh ada ion NH+ dalam larutan karena akan memberi reaksi yang sama dengan K+ Na+ : Dengan pereaksi seng uranil asetat terbentuk kristal kuning NaZn(UO2)3(CH3COO)9.9H2O c). Ringkasan analisis kation berdasarkan metode H2S Berdasarkan metodenya, analisis kualitatif dapat dikelompokkan dalam dua kelompok. Pertama, analis bahan berdasarkan karakterisasi fisis, yaitu penentuan sifat fisis dan keasaman. Kedua, analisis bahan berdasarkan metode H2S, yaitu analisis kation. Reagensia golongan yang dipakai untuk klasifikasi kation yang paling umum, adalah asam klorida, hidrogen sulfida, ammonium sulfida, dan ammonium karbonat. Secara sistematik cara analisis kation-kation diklasifikasikan dalam 5 golongan, hal ini didasarkan pada sifat kation tersebut terhadap beberapa pereaksi tertentu membentuk endapan atau tidak, dengan kata lain klasifikasi kation yang paling umum didasarkan atas perbedaan kelarutan dari 34 klorida, sulfida dan karbonat dari kation tersebut. Sedangkan metode yang digunakan dalam anion tidak sesistematik kation. Namun skema yang digunakan bukanlah skema yang kaku, karena anion termasuk dalam lebih dari satu golongan. Di dalam kation ada beberapa golongan yang memiliki ciri khas tertentu diantaranya :  Golongan I : Kation golongan ini membentuk endapan dengan asam klorida encer. Ion golongan ini adalah Pb, Ag, Hg. Dalam suasana asam, klorida dan kation dari golongan lain larut. Penggunaan asam klorida berlebih untuk pengendapkan kation golongan I memiliki dua keuntungan yaitu memperoleh endapan klorida semaksimal mungkin dan menghindari terbenuknya endapan BIOCI dan SbOCI. Kelebihan asam klorida yang terlalu banyak dapat menyebabkan AgCl dan PbCl 2 larut kembali dalam bentuk kompleks sedangkan klorida raksa (I), Hg, Cl2 , tetap stabil.  Golongan II : Kation golongan ini bereaksi dengan asam klorida, tetapi membentuk endapan dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer. Ion golongan ini adalah Hg, Bi, Cu, cd, As, Sb, Sn. Kation golongan II dibagi dalam dua sub-golongan yaitu sub golongan tembaga dan sub golongan arsenik. Dasar dari pembagian ini adalah kelarutan endapan sulfida dalam ammonium polisulfida. Sementara sulfida dari sub golongan tembaga tidak larut dalam regensia ini, sulfida dari sub grup arsenik melarut dengan membentuk garam tio. Golongtan II sering disebut juga sebagai asam hidrogen sulfida atau glongan tembaga timah. Klorida, nitrat, dan sulfat sangat mudah larut dalam air. Sedangkan sulfida, hidroksida dan karbonatnya tak 35 larut. Beberapa kation dari sub golongan tembaga (merkurium (II), tembaga (II), dan kadmium (II)) cenderung membentuk kompleks (ammonia, ion sianida, dan seterusnya).  Golongan III : Kation golongan ini tidak bereaksi dengan asam klorida encer, ataupun dengan hidrogen sulfida dalam suasana asam mineral encer (buffer ammonium-amonium klorida). Namun kation ini membentuk endapan dengan ammonium sulfida dalam suasana netral / amoniakal. Kation golongan ini Co, Fe, Al, Cr, Co, Mn, Zn. Logam-logam diendapkan sebagai sulfida, kecuali aluminium dan kromium, yang diendapkan sebagai hidroksida, karena hidrolisis yang sempurna dari sulfida dalam larutan air.besi, almunium, dan mangan (sering disertai sedikit mangan) atau golongan IIIA juga diendapkan sebagai hidroksida oleh larutan amonia dengan adanya amonium klorida. Endapan hidroksida pada golongan ini bermacam-macam. Kation golongan IIIB diendapkan sebagai garam sulfidnya dengan mengalirkan gas H2S dalam larutan analit yang suasananya basa (dengan larutan buffer NH4Cl dan NH4OH).  Golongan IV : Kation golongan ini bereaksi dengan golongan I, II, III. Kation ini membentuk endapan dengan ammonium karbonat dengan adanya ammonium klorida, dalam suasana netral atau sedikit asam. Ion golongan ini adalah Ba, Ca, Sr.  Golongan V : Kation-kation yang umum, yang tidak bereaksi dengan regensia-regensia golongan sebelumnya, merupakan golongan kation yang terakhir. Kation golongan ini meliputi : Mg, K, NH4 +. Untuk menentukan adanya kation NH4 + harus diambil dari larutan analit mula-mula. Untuk kotion-kation Ca2+, Ba2+, Sr2+, Na+, dan K+. Identifikasi dapat dilakukan dengan uji nyala. 

5.SIMDIG(Simulasi Digital)

 PEMBELAJARAN SIMULASI VISUAL 
A.Deskripsi Simulasi Visual adalah 3D visualization atau video animasi 3D yang mewujudkan gagasan secara visual untuk memecahkan suatu masalah yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Dalam mengomunikasikan gagasan diperlukan kemampuan memvisualkan materi informasi agar menjadi sarana komunikasi yang lebih mudah tersampaikan dan dicerna. Proses pembuatan animasi 3D terdiri atas proses: ide gambar, pemodelan, texture, menganimasikan dan rendering. Pemodelan 3D memiliki proses pembuatan yang panjang akan tetapi model dapat disimpan, dilihat dari berbagai sudutpandang dan proses animasinya menjadi mudah. Sementara itu pada animasi 2D, objek/karakter dapat dibuat dalam waktu singkat namun justru menganimasikannya memerlukan proses yang panjang karena harus dilakukan berulang-ulang. Untuk kepentingan pembelajaran bagi semua siswa yang tersebar pada berbagai bidang keahlian pada SMK, dipilih animasi 3D sebagai materi pembelajaran kompetensi Simulasi Visual. Software pengolah animasi 3D yang dapat digunakan membuat simulasi visual tersedia beragam, antara lain 3DsMax, Cinema 4D, Maya, Blender. Simulasi Visual menggunakan software Blender karena merupakan freeware dengan file instalasi yang tidak besar. Blender dapat dijalankan menggunakan Operating System Linux, Windows dan Mac. Sebagai 3D visualization, Simulasi Visual hanya memvisualkan objek benda yang akan dikomunikasikan. Hasil visualisasi dapat berdiri sendiri sebagai penjelas atau ilustrasi animasi dari bagian Buku Digital atau pendukung Presentasi Video pada bagian yang tidak dapat dikasatmatakan. 25 Kegiatan Belajar 1: Memahami Simulasi Visual – Pengertian, Fungsi, dan Jenis Simulasi Visual A. Tujuan Pembelajaran Setelah mengikuti pembelajaran, siswa mampu :  Menjelaskan pengertian simulasi visual  Menjelaskan fungsi simulasi visual  Menjelaskan jenis simulasi visual B. Uraian Materi Manusia memiliki naluri untuk menyampaikan gagasan dalam bentuk visual. Sejarah telah membuktikan bahwa manusia lebih dahulu mengenal gambar atau simbol untuk mengomunikasikan gagasan kepada orang lain. Hal ini membuktikan bahwa manusia merupakan makhluk visual yang akan lebih cepat mencerna makna melalui visual daripada tulisan. Penyampaian ide secara visual meliputi animasi 2D dan animasi 3D. Bentuk informasi 2D yang statis disebut dengan infografik, sedangkan yang dinamis karena berbentuk animasi teks dan gambar disebut motion graphic . Perkembangan teknologi saat ini telah mengubah cara menyampaikan gagasan visual menjadi sangat menarik. Sebagai contoh adalah visualisasi video iklan dengan teknik animasi. Animasi 3D merupakan teknik yang populer untuk membuat memvisualikan gagasan atau informasi lainya. Pada umumnya animasi 3D dibuat untuk membuat film animasi cerita. Dalam kaitannya dengan Simulasi Visual pada mata pelajaran Simulasi Digital, animasi 3D difokuskan pada visualisasi objek. Gambar di bawah ini adalah hasil cuplikan gambar dari contoh video simulasi visual tentang visualisasi pemijahan ikan gurame, video tersebut mampu menvisualkan kehidupan ikan di dalam air sehingga terlihat nyata. 26 Gambar 0-1 Simulasi Visual Tentang Pemijahan Ikan Gurame Simulasi visual berfungsi sebagai media untuk mengomunikasikan gagasan atau konsep dalam bentuk simulasi dalam format digital. Bentuk simulasi visual biasa kita temukan pada iklan, presentasi produk dan visual guide. Peran simulasi visual ini sangat membantu penonton untuk lebih jelas menerima informasi. Pada penerapan visual guide biasa ditemukan dalam pembuatan tutorial atau proses kerja suatu alat dan bagaimana penggunaan serta perawatannya. Kemajuan teknologi grafik animasi 3D atau yang biasa disebut dengan 3D visualization mendukung tampilan untuk menjelaskan suatu kejadian atau proses secara lebih nyata dan rinci. Era digital saat ini menuntut konten yang lebih dari hanya sekadar sebuah teks dan gambar grafik 2D. Hal ini didukung oleh software pembuat animasi 3D yang sangat beragam. Perangkat elektronik sudah mampu membaca bahan ajar digital seperti ebook dengan ekstensi format file *epub (electronic publication) yang di dalamnya tidak hanya teks dan gambar melainkan juga mampu 27 membaca format video. Dalam hal ini, simulasi visual 3D dapat melengkapi konten pembelajaran menjadi lebih menarik. Simulasi visual yang akan dibahas menggunakan software opensource Blender. Blender merupakan software grafis animasi 3D dengan kemampuan yang powerfull dan gratis (no license). Secara garis besar pembeda simulasi visual dari film animasi bercerita (animasi kartun) adalah bentuk animasinya yang dominan menggunakan teknik animasi sederhana seperti perpindahan lokasi objek (moving), perubahan ukuran objek (scale), Putaran objek (rotation) dan menganimasikan kamera (camera animation). Selebihnya untuk menambah impresi animasi bisa ditambahkan animasi efek untuk menambah realisasi objek yang di ceritakan. Penambahan efek adalah animasi tingkat lanjut dan biasanya memerlukan penggunaan software tambahan untuk membuat efek tersebut. Simulasi visual ini dimaksudkan untuk membekali kompetensi siswa dalam merealisasikan gagasan untuk bisa dikomunikasikan dengan lebih menarik secara visual. C. Rangkuman  Ilustrasi secara visual akan memudahkan informasi cepat dicerna oleh manusia.  Simulasi visual berfungsi sebagai media untuk mengomunikasikan gagasan atau konsep dalam bentuk rekaan dalam format digital.  Platform yang digunakan untuk membuat simulasi visual adalah Blender, sebuah software pembuat animasi 3D opensource.  Simulasi visual pada umumnya dipakai untuk membuat 3D visualization pada produk atau presentasi obyek berbasis 3D.  Software Blender adalah perangkat lunak pencipta animasi 3D dengan kemampuan yang powerfull dan tidak berbayar

6.MIKROBIOLOGI

Kegiatan Pembelajaran 1. Pemeriksaan Kualitas Air dan Makanan Dengan Metode TPC (Total Plate Count) A. Deskripsi Pemeriksaan kualitas air dan makanan dilakukan untuk mengetahui layak atau tidaknya makanan atau minuman tersebut kita konsumsi. Hal tersebut bergantung pada jumlah dan jenis mikroorganisme yang ada dalam makanan atau minuman tersebut.Pemeriksaan ini dapatdilakukan dengan metode TPC (Total Plate Count), yaitu dengan menghitung jumlah mikroba yang terdapat dalam suatu sampel atau sediaan. Metode TPC juga sering disebut dengan metode ALT (Angka Lempeng Total) B. Kegiatan Belajar 1. Tujuan Pembelajaran Setelah melakukan kegiatan belajar ini, diharapkan siswa dapat : a) Mengetahui prinsip dan tujuan penentuan jumlah mikroba dengan TPC b) Mengetahui standar mutu produk berdasarkan jumlah mikroba yang ada dalam produk tersebut c) Mengetahui dan melakukan cara penentuan jumlah mikroba dengan metode TPC dimulai dari preparasi sampel, teknik pengenceran sampel, sampai dengan aturan perhitungan jumlah koloni dan cara melaporkan data jumlah bakteri 9 2. Uraian Materi a. Kualitas Air dan Makanan Mikroorganisme atau mikroba adalah organisme hidup yang berukuran sangat kecil dan hanya dapat diamati dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme dapat berinteraksi dengan organisme lain dengan cara yang menguntungkan atau merugikan. Interaksi mikroorganisme dengan bahan pangan dapat menyebabkan perubahan pada bahan pangan tersebut.Perubahan pada bahan pangan tersebut dapat berupa perubahan menguntungkan atau merugikan. Perubahan yang menguntungkan dapat kita lihat pada proses pembuatan tempe oleh jamur, pembuatan yoghurt oleh Lactobacillus bulgaricus. Sedangkan perubahan yang merugikan dapat berupa kerusakan atau pembusukan makanan. Kerusakan bahan pangan dapat berlangsung cepat atau lambat tergantung dari jenis bahan pangan atau makanan yang bersangkutan dan kondisi lingkungan dimana bahan pangan tersebut diletakkan (Wijayanti, 2011).Salah satu indikator kerusakan produk pangan atau makanan adalah bila jumlah mikroorganisme tumbuh melebihi batas yang telah ditetapkan.Untuk mengetahui sejauh mana kerusakan bahan pangan tersebut dan untuk mengetahui aman atau tidaknya makanan tersebut dikonsumsi, maka harus terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan mikrobiologi.Pengujian mikrobiologi diantaranya meliputi uji kuantitatif untuk menentukan mutu dan daya tahan suatu makanan, uji kualitatif bakteri patogen untuk menentukan tingkat keamanannya, dan uji bakteri indikator untuk mengetahui tingkat sanitasi makanan tersebut (Fardiaz, 1993). Pengujian mikrobiologi pada sampel makanan akan selalu mengacu kepada persyaratan makanan yang sudah ditetapkan. Parameter uji mikrobiologi pada air dan makanan yang dipersyaratkan sesuai Standar 10 Nasional Indonesia diantaranya uji TPC (Total Plate Count) atau ALT (Angka Lempeng Total), uji MPN Coliform dan lain-lain.Uji Total Plate Count (TPC) merupakan metode kuantitatif yang umumnya digunakan untuk menghitung adanya bakteri secara langsung. b. Metode Total Plate Count (TPC) Prinsip dari metode hitungan cawan atau Total Plate Count (TPC) adalah menumbuhkan sel mikroorganisme yang masih hidup pada media agar, sehingga mikroorganisme akan berkembang biak dan membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan dihitung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode ini merupakan metode yang paling sensitif untuk menentukan jumlah mikroorganisme.Dengan metode ini, kita dapat menghitung sel yang masih hidup, menentukan jenis mikroba yang tumbuh dalam media tersebut serta dapat mengisolasi dan mengidentifikasi jenis koloni mikroba tersebut. Pada metode ini, teknik pengenceran merupakan hal yang harus dikuasai.Sebelum mikroorganisme ditumbuhkan dalam media, terlebih dahulu dilakukan pengenceran sampel menggunakan larutan fisiologis.Tujuan dari pengenceran sampel yaitu mengurangi jumlah kandungan mikroba dalam sampel sehingga nantinya dapat diamati dan diketahui jumlah mikroorganisme secara spesifik sehingga didapatkan perhitungan yang tepat.Pengenceran memudahkan dalam perhitungan Dengan bekerja secara kelompok, carilah informasi persyaratan standar TPC pada beberapa produk makanan dan informasi mengenai prosedur analisis TPC. 11 koloni (Fardiaz, 1993). Menurut Waluyo (2005), tahapan pengenceran dimulai dari membuat larutan sampel sebanyak 10 ml (campuran 1 ml/1gr sampel dengan 9 ml larutan fisiologis). Dari larutan tersebut diambil sebanyak 1 ml dan masukkan kedalam 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-2. Dari pengenceran 10-2 diambil lagi 1 ml dan dimasukkan kedalam tabung reaksi berisi 9 ml larutan fisiologis sehingga didapatkan pengenceran 10-3, begitu seterusnya sampai mencapai pengenceran yang kita harapkan.Secara keseluruhan, tahap pengenceran dijelaskan dalam gambar berikut ini. Gambar 1. Teknik pengenceran Sampel Sumber. Pearson, 2006 Setelah dilakukan pengenceran, kemudian dilakukan penanaman pada media lempeng agar.Setelah diinkubasi, jumlah koloni masing-masing 12 cawan diamati dan dihitung.Koloni merupakan sekumpulan mikroorganisme yang memiliki kesamaan sifat seperti bentuk, susunan, permukaan, dan sebagainya. Sifat-sifat yang perlu diperhatikan pada koloni yang tumbuh di permukaan medium adalah sebagai berikut:  Besar kecilnya koloni. Ada koloni yang hanya berupa satu titik, namun ada pula yang melebar sampai menutup permukaan medium.  Bentuk. Ada koloni yang bulat dan memanjang. Ada yang tepinya rata dan tidak rata.  Kenaikan permukaan. Ada koloni yang rata dengan permukaan medium, ada pula yang timbul diatas permukaan medium.  Halus kasarnya pemukaan. Ada koloni yang permukaannya halus, ada yang permukaannya kasar dan tidak rata.  Wajah permukaan. Ada koloni yang permukaannya mengkilat da nada yang permukaannya suram.  Warna. Kebanyakan koloni bakteri berwarna keputihan atau kekuningan.  Kepekatan. Ada koloni yang lunak seperti lender, ada yang keras dan kering. Selanjutnya perhitungan dilakukan terhadap cawan petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Perhitungan Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer. Keuntungan dari metode TPC adalah dapat mengetahui jumlah mikroba yang dominan. Keuntungan lainnya dapat diketahui adanya mikroba jenis lain yang terdapat dalam contoh.Adapun kelemahan dari metode ini adalah:  Memungkinkan terjadinya koloni yang berasal lebih dari satu sel mikroba, seperti pada mikroba yang berpasangan, rantai atau kelompok sel. 13  Memungkinkan ini akan memperkecil jumlah sel mikroba yang sebenarnya. Kemungkinan adanya jenis mikroba yang tidak dapat tumbuh karena penggunaan jenis media agar, suhu, pH, atau kandungan oksigen selama masa inkubasi.  Memungkinkan ada jenis mikroba tertentu yang tumbuh menyebar di seluruh permukaan media,sehingga menghalangi mikroba lain. Hal ini akan mengakibatkan mikroba lain tersebut tidak terhitung.  Penghitungan dilakukan pada media agar yang jumlah populasi mikrobanya antara 30 – 300 koloni. Bila jumlah populasi kurang dari 30 koloni akan menghasilkan penghitungan yang kurang teliti secara statistik, namun bila lebih dari 300 koloni akan menghasilkan hal yang sama karena terjadi persaingan diantara koloni.  Penghitungan populasi mikroba dapat dilakukan setelah masa inkubasi yang umumnya membutuhkan waktu 24 jam atau lebih. Uji Total Plate Countmenggunakan media padat dengan hasil akhir berupa koloni yang dapat diamati secara visual dan dihitung. Sebelum diuji di media padat, sampel terlebih dahulu harus diencerkan. Pengenceran sampel dilakukan terhadap sediaan yang akan didentifikasi kemudian ditanam pada media lempeng agar. Jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada lempeng agar dihitung setelah inkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai.Perhitungan dilakukan terhadap petri dengan jumlah koloni bakteri antara 30-300.Total Plate Countdinyatakan sebagai jumlah koloni bakteri hasil perhitungan dikalikan faktor pengencer. Teknik pengenceran sampel dilakukan pada metode cawantuang (pour plate). Pada metode tuang, sejumlah sampel dari hasil pengenceran sebanyak 1 ml dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan media yang telah disterilkan sebanyak 15-20 ml. Kemudian cawan petri digoyang agar media dan sampel tercampur rata dan biarkan memadat. Hal 14 ini akan menyebarkan sel-sel bakteri tidak hanya pada permukaan media yang kaya oksigen, tetapi ada pula yang tumbuh didalam media yang tidak begitu banyak mengandung oksigen. Secara keseluruhan tahap dalam metode cawan tuang (pour plate) ini dijelaskan pada gambar berikut. Gambar 2. Proses inokulasi bakteri, penuangan media dan penghomogenan larutan Sementara pada metode lainnya yaitu metode goresan, proses penanaman bakteri hanya dilakukan di permukaan bakteri saja.Teknik ini menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan keterampilan-keterampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Tetapi kelemahan metode ini adalah bakteri-bakteri anaerob tidak dapat tumbuh, karena goresan hanya dilakukan di permukaan media saja. Gambar 3. Pertumbuhan bakteri pada metode Spread plate dan Pour plate Pada gambar diatas dapat anda lihat bahwa pada metode goresan atau spread plate, bakteri hanya tumbuh pada permkaan media yang digores 15 saja, sementara pada metode cawan tuang atau pour plate, bakteri tumbuh tidak hanya di permukaan media saja tetapi diseluruh bagian media. Dalam melakukan teknik goresan harus memperhatikan beberapa hal berikut ini, antara lain: 1. Gunakan jarum ose yang telah dingin untuk menggores permukaan lempengan media. Jarum ose yang masih panas akan mematikan mikroorganisme sehingga tidak terlihat adanya pertumbuhan mikroorganisme di bekas goresan. 2. Sewaktu menggores, jarum ose dibiarkan meluncur diatas permukaan lempengan. Media agar yang luka akan mengganggu pertumbuhan mikroorganisme, sehingga sulit diperoleh koloni yang terpisah. 3. Jarum ose harus dipijarkan kembali setelah menggores suatu daerah, hal ini dengan tujuan mematikan mikroorganisme yang melekat pada mata jarum ose dan mencegah kontaminasi pada penggoresan berikutnya. 4. Menggunakan tutup cawan petri untuk melindungi permukaan supaya terhindar dari kontaminasi. 5. Membalikkan lempengan media agar untuk mencegah air kondensasi jatuh diatas pemukaan media. Ada beberapa teknik penggesekan, yaitu 1. Goresan T  Lempengan dibagi menjadi 3 bagian dengan huruf T pada bagian luar cawan petri. 16  Inokulasikan daerah I sebanyak mungkin dengan gerakan sinambung.  Panaskan mata jarum ose dan biarkan dingin kembali.  Gores ulang daerah I sebanyak 3-4 kali dan teruskan penggoresan pada daerah II  Ulangi prosedur diatas untuk melakukan penggoresan untuk daerah III Gambar 4. Goresan T kuadran 3 2. Goresan Kuadran, teknik ini sama dengan goresan T, hanya lempengan agar dibagi menjadi 4 Gambar 5. Goresan T kuadran 4 3. Goresan Radian  Goresan dimulai dari bagian pinggir lempengan.  Pijarkan mata jarum ose dan dinginkan kembali  Putar lempengan agar 900 dan buat goresan terputus diatas goresan sebelumnya 17 4. Goresan Sinambung  Ambil satu mata ose suspense dan goreskan setengah permukaan lempengan agar  Jangan pijarkan ose, putar lempengan 1800, gunakan sisi mata ose yang sama dan gores pada sisa permukaan lempengan agar. Gambar 6. Goresan Sinambung c. Perhitungan Koloni Bakteri Untuk melaporkan analisis mikrobiologi digunakan suatu standar yang disebut “Standard Plate Count” yang menjelaskam cara menghitung koloni pada cawan serta cara memilih data yang ada untuk menghitung jumlah koloni dalam suatu contoh. Cara menghitung koloni pada cawan harus memperhatikan hal-hal berikut ini :  Cawan yang dipilih dan dihitung adalah yang mengandung jumlah koloni antara 25 sampai 250. Dari berbagai informasi yang telah anda dapatkan, jika ada yang belum dimengerti, silahkan tanyakan pada guru anda! 18  Beberapa koloni yang bergabung menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar dimana jumlah koloninya diragukan, dapat dihitung sebagai satu koloni.  Suatu deretan atau rantai koloni yang terlihat seperti suatu garis tebal dihitung sebagai satu koloni. Sedangkan data yang dilaporkan sebagai Standard Plate Count (SPC) harus mengikuti peraturan sebagai berikut (SNI 01-2897-1992): 1) Dipilih cawan petri dari satu pengenceran yang menunjukkan jumlah koloni antara 25-250 koloni. Contoh: Pengenceran Cawan I Cawan II Keterangan 10-2 150 350 Yang memenuhi syarat perhitungan adalah cawan 1 10-3 20 35 Yang memenuhi syarat perhitungan adalah cawan II Jumlah koloni rata-rata Jumlahkedua cawan yang memenuhi syarat dikalikan dengan faktor pengencerannya. Perhitungan Total Plate Countadalah : (150 x 1/10-2) + (25 x 1/10-3) =(150 x 102) + (25 x 103) 2 2 = 15.000 + 25.000 =20.000 2 Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 20.000 cfu/ml 2) Bila salah satu dari cawan petri menunjukkan jumlah koloni ≤25 atau ≥250 maka hitunglah jumlah rata-rata koloni, kemudian dikalikan dengan faktor pengencerannya . 19 Contoh : Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni Rata-Rata 10-2 200 300 =(200 + 300) x 10-2 2 = 250 x 10-2 10-3 15 25 = (15 + 25) x 10-3 2 = 20 x 10-3 PerhitunganTotal Plate Countadalah : = (250 x 1/10-2) + (20 x 1/10-3) = (250 x 102) + (20 x 103) 2 2 = 25.000 + 20.000 2 = 22.500 Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 22.500 cfu/ml 3) Bila cawan-cawan dari dua tingkat pengenceran yang berurutan menunjukkan jumlah koloni antara 25-250  hitunglah jumlah koloni dari masing-masing tingkat pengenceran, dikalikan dengan faktor pengencerannya dan rata-rata jumlah koloni dari kedua pengenceran tersebut. Contoh: Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni Rata-rata 10-2 215 225 = (215 + 225) x 10-2 2 = 220 x 10-2 10-3 55 45 = (55 + 45) x 10-3 2 = 50 x 10-3 PerhitunganTotal Plate Countadalah : = (220 x 1/10-2) + (50 x 1/10-3) = (220 x 102) + (50 x 103) 2 2 = 22.000 + 50.000 2 = 36.000 Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 36.000 cfu/ml 20 4) Bila hasil perhitungan diatas, pada tingkat pengenceran yang lebih tinggi diperoleh jumlah koloni rata-rata ≥2kali jumlah koloni rata-rata pengenceran dibawahnya, maka dipilih tingkat pengenceran yang lebih rendah. Contoh: Pengenceran Jumlah Koloni Rata-rata 10-2 140 10-3 32 Maka Total Plate Countadalah 140x102cfu/ml 5) Bila tidak satupun koloni tumbuh dalam cawan, maka Total Plate Countdinyatakan sebagai <1 dikalikan faktor pengenceran terendah. Contoh: Pengenceran Jumlah Koloni 10-2 0 10-3 0 Maka Total Plate Countadalah<1x 102 6) Jika seluruh cawan menunjukkan jumlah koloni ≥250, dipilih cawan dari tingkat pengenceran tertinggi kemudian dibagi menjadi beberapa bagian atau sector (2,4, atau 8) dan dihitung jumlah koloni dari satu sektor Contoh: Pengenceran Cawan I (1 Sektor) Cawan II (1 Sektor) 10-2 100 150 10-3 175 200 Selanjutnya ,Total Plate Countdidapatkan dari hasil jumlah koloni dikalikan dengan jumlah sektor, kemudian dihitung rata-rata dari kedua cawan dan dikalikan dengan faktor pengenceran . 21 Contoh: Jumlah sektor : 4 Pengenceran Cawan I Cawan II Jumlah Koloni Rata-rata 10-2 Jumlah koloni  100 x 4= 400 Jumlah koloni  150 x 4 = 600 500 x 102 10-3 Jumlah koloni  175 x 4 = 700 Jumlah koloni  200 x 4 = 800 750 x 103 PerhitunganTotal Plate Countadalah : = (500 x 1/10-2) + (750 x 1/10-3) = (500 x 102) + (750 x 103) 2 2 = 50.000 + 750.000 2 = 400.000 = 40 x 104 Maka jumlah koloni dalam 1 ml adalah 40 x 104 cfu/ml d. Cara Menghitung dan Membulatkan Angka Dalam melaporkan jumlah koloni atau jumlah koloni perkiraan hanya 2 angka penting yang digunakan, yaitu angka yang pertama dan kedua. Pembulatan angka keatas dengan cara menaikkan angka kedua menjadi angka yang lebih tinggi jika angka ketika adalah 6,7,8,atau 9. Gunakanlah angka 0 pada masing-masing angka pada digit berikutnya. Pembulatan angka kebawah bila angka ketiga adalah 1,2,3, atau 4. Bila angka ketiga adalah angka 5, maka bulatkanlah keatas jika angka kedua merupakan bilangan ganjil atau bulatkan kebawah bila angka kedua merupakan bilangan genap.

Mikrobiologi: Bakteri yang menguntungkan dan merugikan

Mikrobiologi
Bakteri Menguntungkan
Nama bakteri
 keuntungannya
Eschercia coli
Berperan dalam prosese pembusukan makanan
Methanobacterium omelianski
Menguraikan asam cuka menjadi metana
Saccharamyces cereviceae
Berperan pada proses pembuatan Bir
Rhizopus oryzae
Berperan pada proses pembuatan Tempe
Aspergillus wantii
Berperan pada proses pembuatan Kecap
Lactobacillus xylinum
Berperan pada proses pembuatan Nata de coco
Aspergillus oryzae
Berperan pada proses pembuatan Tape
Lactobacillus lactis
Berperan pada proses pembuatan Yoghurt
Clostridium acetobutylicum
Pembuatan Aseton dan Butanol (zat kimia)
Bacillus polymyxa
Penghasil anti biotik polimiksin B
 Bakteri yang merugikan


No.
Nama Bakteri
Kerusakan / Kerugian yang ditimbulkan
1
Achromobacter
membusukkan telur
2
Achromobacter
menyebabkan daging dan ikan membusuk.
3
penyakit yang ditimbulkan adalah Bengkak rahang pada sapi
4
Agrobacterium tumifaciens
Menyebabkan penyakit tumor Crown Gall pada tanaman dikotil.
5
penyakit yang ditimbulkan adalah Antraks
6
Bacterium papaye
menyerang tanaman pepaya
7
Brucella abortus
Brucellosis pada sapi
8
Campylobacterfetus sp
penyebab keguguran pada sapi, kambing, serta radang usus manusia
9
Chlamydia psittaci
infeksi mata
10
menghasilkan racun botulinin
11
Clostridium perfringens
penghasil racun
12
penyakit yang ditimbulkan adalah Tetanus
13
corinebacterium diphteriae
dipteri
14
Cytophaga columnaris
Penyakit pada ikan
15
Diplococcus pneumoniae
radang paru-paru
16
penyakit yang ditimbulkan adalah Penyakit bonyok pada buah-buahan.
17
Flavobacterium
membusukkan telur
18
penyakit yang ditimbulkan adalah Influensa
19
Klebsiella pneumoniae
menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan dan paru-paru
20
Lactobacillus
membusukkan sayur-sayuran, buah-buahan, dan umbi-umbian

Komentar